Kondisi di lapangan tentu kontras dengan nama Desa Pantai Bahagia itu sendiri. Khainan pun bercerita perihal asal muasal nama desa yang telah ada sejak dia lahir.
"Ya mungkin masyarakatnya usaha itu paling enak di Desa Pantai Bahagia, kepiting banyak itu tahun 1975-80 terus sampai 90-an. Semenjak terjadinya demo Soeharto usaha masih enak, terus sampai BJ Habibie usaha rakyat enak," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Muara Gembong, Semenanjung Bekasi yang Indah |
Bukan tanpa alasan, Khainan menyebut kalau saat itu harga bahan pokok seperti beras masih murah. Sedangkan hasil tangkapan laut seperti ikan, kepiting dan lainnya dihargai mahal.
"Sekarang karena pandemi pembeli juga kurang, hasil tangkapan laut berkurang jauh dengan abrasi. Ya nikmatin saja, yang penting temu makan," urai Khainan.
Jika ditanya, Khainan tentu ingin pindah ke daratan yang tak terjamah banjir. Namun, himpitan ekonomi lagi-lagi menjadi hambatan.
"Daerah pesisir itu ya seperti itu, kita kayak gak berdaya lah. Kita semua mah pengen ke darat, tapi biayanya. Cuma punya duit 100 juta kebeli tanah berapa meter. Terus bangunnya pakai apa?," curhat Khainan.
Sebagai rakyat kecil yang tak berdaya, Khainan pun memiliki harapan bagi Pemerintah
"Harapannya mah tolong lah pemerintah yang di atas dari kabupaten ke provinsi, lihat keadaan kami di sini khususnya Desa Pantai Bahagia, Kampung Beting dari RW 1-3. Tolong lah diperhatikan," tutupnya.
(rdy/ddn)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan