Kian berbahaya
Perubahan iklim di Bumi yang semakin ekstrem nyatanya membuat wisata pendakian Gunung Everest semakin berbahaya. Secakap apapun teknik yang dimiliki pendaki, namun bencana alam seperti badai dan longsor sangat sulit diprediksi.
Bahkan sherpa, warga Nepal yang sedari kecil sudah "bolak-balik" ke Everest, juga sering menjadi korban.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu dampak perubahan iklim ialah pemanasan global. Saat terjadi alami, proses pencairan salju dan gletser terjadi lambat, bisa saja hanya terjadi saat musim panas. Namun kini, prosesnya terjadi semakin cepat.
Lapisan es purba yang awalnya tebal, kini kian tipis, sangat berbahaya untuk dijejak ribuan pendaki di Everest yang ramai datang setiap musim semi.
Dampak buruk menipisnya gletser bisa dilihat dari Khumbu Icefall yang kini lebih sering longsor. Padahal area itu satu-satunya rute menuju puncak Everest dalam pendakian dari gerbang selatan.
Salju yang semakin cair juga membuat kasus longsor bisa terjadi sewaktu-waktu, bahkan saat matahari belum terbit di Everest. Oleh karena itu, gempa Nepal tahun 2015 bisa sangat mematikan.
Perubahan iklim tak hanya berhenti pada ancaman longsor gletser atau salju di Everest.
Bumi yang semakin panas membuat perubahan musim jadi tak menentu, sehingga badai bisa datang mendadak dan lebih berbahaya, bahkan saat musim yang sebelumnya dirasa kering.
Tahun 1996, di saat badai terburuk menghampiri Everest, sebanyak 12 orang tewas. Delapan di antaranya tewas dalam satu hari, yang merupakan catatan terburuk dalam sejarah pendakian gunung.
Pendaki dan pemerhati lingkungan hidup dari Protect Our Winter, Adrian Ballinger, mengingatkan penduduk Bumi bahwa perubahan iklim bukanlah fiksi.
Jika tak ada pencegahan, kemungkinan Gunung Everest dan gunung-gunung es lainnya di dunia tak hanya semakin berbahaya untuk didaki, tapi kemungkinan juga punah.
"Kematian akibat bencana alam di Everest menunjukkan betapa mengkhawatirkannya perubahan iklim.
"Perlu ada tindakan menekan pemanasan global untuk mencegah hal-hal buruk semakin sering terjadi dalam pendakian di gunung es," katanya, seperti yang dikutip dari Climbing pada tahun 2019.
(ddn/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!