Cerita Desa Wisata Krebet yang Ditinggal Turis Pemburu Batik Kayu

Putu Intan - detikTravel
Rabu, 24 Nov 2021 15:10 WIB
Batik kayu di Desa Wisata Krebet, Bantul. Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom
Bantul -

Desa Wisata Krebet dikenal sebagai penghasil batik kayu. Namun di masa pandemi COVID-19, desa ini mulai kehilangan pembeli kerajinan itu.

Dalam Ekspedisi 3.000 Kilometer bersama Wuling, detikcom mampir ke desa tersebut pada Oktober lalu. Desa ini memiliki keunikan yakni memproduksi berbagai perabotan dan karya seni dari kayu yang diukir layaknya batik.

Desa Wisata Krebet ini terletak di Kelurahan Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari pusat Kabupaten Bantul, tak butuh waktu lama untuk menjangkau desa ini. Jaraknya sekitar enam kilometer atau ditempuh dalam waktu 15 menit.

Di sepanjang jalan, traveler akan disuguhi pemandangan yang apik dari pohon-pohon jati dan sengon. Suasananya begitu asri dan tenang.

detikcom sampai di lokasi sekitar pukul 14.00 WIB. Kala itu, suasana begitu sepi. Tak banyak kegiatan yang dilakukan masyarakat di sana.

Desa Wisata Krebet. Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom

Kesan ini sungguh berbeda dengan titel desa wisata dan sentra batik kayu yang disandang Desa Krebet. Barulah ketika kami bertemu dengan Ketua Desa Wisata Krebet, Agus Jati Kumara, kami menemukan geliat aktivitas perajin yang sedang membuat pesanan kerajinan kayu di bengkel yang dimilikinya.

Agus menjelaskan, saat ini permintaan batik kayu memang sedang lesu. Apalagi di masa awal pandemi COVID-19 merebak di Indonesia, permintaan bahkan nihil.

"Kalau penjualan batik kayu ini dari awal pandemi mengalami penurunan. Hampir satu bulan pertama pandemi itu diberitakan, kita hampir nggak ada permintaan," katanya.

Perajin di Desa Wisata Krebet. Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom

Agus membandingkan kondisi penjualan batik kayu sebelum pandemi COVID-19, kondisinya memang jauh berbeda. Terutama untuk pangsa pasar turis mancanegara, saat ini hampir tak ada sama sekali.

"Kalau permintaan dulu banyak dari tamu yang datang. Biasanya sehari bisa 5-10 mobil yang cari oleh-oleh atau suvenir untuk dibawa pulang. Selama pandemi ini nggak ada sama sekali. Awal pandemi pada takut, lalu ditambah ada pembatasan-pembatasan," ujarnya.

Di masa kejayaannya, batik kayu ini banyak dibeli oleh orang-orang Jepang hingga China. Pesanan dari berbagai daerah di Indonesia juga lancar.

Topeng kayu yang dibatik. Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom

Artikel tentang Desa Krebet ini berlanjut di halaman berikutnya:



Simak Video "Video: Detik-detik KA Sancaka Dilempar Batu, Penumpang Kena Serpihan Kaca"

(pin/ddn)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork