Jelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) sejumlah hotel berbintang di Daerah Istimewa Yogyakarta telah dipesan. Kendati demikian, persentase reservasi hotel saat Nataru di DIY mengalami penurunan.
"Okupansi sampai saat ini reservasi itu 58,2 persen turun dari 60 persen. Kami berharap nantinya itu bisa meningkat," kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DI Yogyakarta Deddy Pranowo Eryono saat dihubungi wartawan, Senin (13/12/2021).
Deddy mengatakan, dengan sudah mulai menggeliat reservasi hotel saat Nataru, menjadi angin segar bagi pengusaha. Akan tetapi, ia meminta kepada pemerintah agar tidak mengubah kebijakan secara mendadak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya ini menjadi angin segar bagi kita tapi kalau nantinya ada kebijakan yang mendadak berubah ya nanti tidak menjadi angin segar tapi angin badai topan," ucapnya.
Kekhawatirannya itu berkaca dari libur Nataru tahun lalu. Kala itu, reservasi hotel saat Nataru sudah mencapai 60 persen. Akan tetapi, di tengah jalan pemerintah mengubah regulasi.
"Kalau membandingkan Nataru yang tahun lalu kan, kami waktu itu reservasi sudah 60 persen tapi di hari H karena ada kebijakan pemerintah yang mendadak dan sekonyong-konyong koder itu kan jadi realitanya hanya 10 persen. 10 persen itu saja hanya dari staycation ASN rata-rata," ungkapnya.
Di sisi lain, anggota PHRI DIY saat ini sudah mulai bangkit. Deddy mengungkapkan jika dulunya banyak usaha hotel dan restoran yang mati suri, maka saat ini sudah banyak yang mulai bangkit.
"Anggota PHRI sekarang yang dulu saya sampaikan ada yang mati sekarang sudah bangkit lagi. Dulu mati 72, nah 51 sudah mulai bangkit tapi dengan SDM yang terbatas. Kemudian yang tutup sementara dulu ada 100 sekarang 72 sudah hidup kembali. Tapi dengan SDM yang terbatas dan melakukan efisiensi yang cukup banyak," sebutnya.
Deddy pun berharap nantinya pemerintah tidak mengubah kebijakan lagi. Sebab, selama ini anggota PHRI DIY sudah patuh terhadap kebijakan pemerintah.
"Kami menyambut baik tapi jangan sampai kebijakan itu sampai lalu diubah lagi, kami selalu taat dengan protokol kesehatan, anggota kami PHRI itu sudah mematuhi aturan dari pemerintah dan kita dukung aturan pemerintah yang intinya kesehatan dengan ekonomi itu bisa seiring dan sejalan," tutupnya.
(sym/sym)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol