Perjalanan internasional diprediksi akan berangsur normal pada tahun 2022. Namun ada sejumlah negara yang berbahaya untuk dikunjungi.
Lembaga riset International SOS melakukan studi untuk melihat negara-negara dengan risiko tinggi hingga rendah untuk dikunjungi pelancong. Dalam riset tersebut, sejumlah aspek yang dinilai meliputi kekerasan politik, kerusuhan sosial, layanan kesehatan, dampak pandemi, serta kejahatan kecil.
Untuk tahun ini, penilaian risiko tahunan masih menggarisbawahi soal risiko COVID-19. Selain itu juga ada penilaian untuk gangguan perjalanan dan kesehatan mental.
"Pada tahun 2022, kita menghadapi ancaman berlapis. Memasuki tahun ketiga pandemi, COVID-19 dan dampak lockdown terus menjadi pengganggu utama, sedangkan risiko lain kembali mengemuka ketika perjalanan internasional dilanjutkan," kata Direktur Medis Grup di International SOS, Dr Neil Nerwich dikutip dari The Sun, Senin (20/12/2021).
Ia juga mengatakan, pemerintah dan sistem perawatan kesehatan masih menghadapi ketegangan tahun depan. Ini akan menyebabkan banyak masalah di setiap negara. Kehidupan sendiri diprediksi baru akan membaik dan stabil di tahun 2023.
Di samping itu, perubahan iklim dan masalah geopolitik juga diperingatkan berisiko lebih buruk daripada pra-pandemi, dan akan mempengaruhi negara-negara secara global.
Dari hasil penelitian tersebut, didapatkan bahwa negara Afghanistan adalah negara paling berbahaya untuk didatangi turis. Afganistan memiliki tingkat risiko ekstrem tertinggi untuk keamanan.
Kemudian ada peringatan untuk kontrol pemerintah yang minim, hukum, dan ketertiban. Lalu ada risiko sangat tinggi untuk perawatan kesehatan karena di sana hampir tidak ada pelayanan kesehatan yang memadai.
Negara berbahaya setelah Afghanistan adalah Suriah, Libya, Republik Afrika Tengah, dan Irak.
Sedangkan untuk negara teraman jatuh pada Norwegia, diikuti Finlandia, Swiss, Denmark, dan Luksemburg.
Simak Video "Video: Bom Bunuh diri di Ponpes Pakistan, 6 Orang Tewas Termasuk Ulama Taliban"
(pin/pin)