Selain Hotel Kotor, WNA Juga Keluhkan Tak Dapat Berjemur dan Udara Segar

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Selain Hotel Kotor, WNA Juga Keluhkan Tak Dapat Berjemur dan Udara Segar

Wahyu Setyo Widodo - detikTravel
Selasa, 11 Jan 2022 15:17 WIB
Ilustrasi hotel
Foto: Ilustrasi hotel (CNN)
Jakarta -

Selain mengeluh hotel isolasi yang kotor dan bobrok, seorang WNA asal AS bernama Matthew juga mengeluh karena tidak bisa berjemur dan mendapat udara segar.

Keluhan Matthew itu dia sampaikan juga lewat media sosial Instagram dan jadi viral. Matthew menjalani karantina bersama dengan putranya yang masih berusia 4 tahun setibanya di Indonesia.

Sempat menjalani karantina di Hotel Mercure Gatot Subroto, Matthew dipindah ke sebuah hotel di kawasan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat karena dinyatakan positif COVID-19. Nah di hotel isolasi tersebut, Matthew menjumpai kondisi hotel yang sangat tidak layak, bahkan bisa dibilang bobrok.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hotel ini kondisinya sangat rendah. Semua tamu sangat terkejut dan merasa tidak enak saat melihat kondisi tersebut. Karpet di koridor dengan kotoran yang terlihat dan debu. Kondisi dalam kamar lebih buruk. Kamar dengan karpet sangat usang, sangat kotor dan hitam dengan kotoran," ungkap Matthew kepada detikcom.

Tak cuma itu, dia juga mengeluh karena tidak bisa berjemur dan mendapatkan udara segar. Padahal berjemur bisa membantu kesembuhan pasien COVID-19.

ADVERTISEMENT

"Jendela tidak terbuka, sehingga kami tidak bisa mendapatkan udara segar. Hal ini memprihatinkan, karena menurut dokter udara segar sangat penting untuk kesembuhan pasien Covid-19. Juga sebagian besar kamar tidak memiliki sinar matahari. Kami hanya diberikan akses sinar matahari 20 menit per hari (menurut staf)," imbuh pria yang bisa berbahasa Indonesia ini.

Soal urusan kamar mandi, hotel karantina juga ada banyak masalah. Bahkan Matthew mengaku tidak ada air panas di kamar hotelnya. Mau merebus air memakai teko listrik juga tidak memungkinkan.

"Tidak ada air panas di kamar mandi, hanya air dingin. Tekanan air juga sangat rendah, sehingga selang bidet tidak dapat berfungsi dengan baik. Banyak selang shower yang sangat rusak (termasuk milik saya). Ketel untuk merebus air sudah sangat tua, banyak yang pecah dan tampak berbahaya," ucapnya.

"Setiap tamu yang saya ajak bicara juga kaget dan kecewa dengan kondisi hotel yang sangat buruk. Masalahnya adalah kami membayar Rp 13,5 juta (atau lebih, untuk lebih banyak orang) untuk hotel bobrok seperti itu. Jelas ini tidak adil," katanya.

Menanggapi keluhan WNA itu, Sekjen Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Maulana Yusran mengakui ada memang ada keterbatasan terkait hotel isolasi untuk mereka yang positif. Pihaknya akan melakukan evaluasi terhadap masalah ini.

"Untuk hotel isolasi memang kami akui ada keterbatasan. Ini yang kita evaluasi dan akan perbaiki ke depannya," pungkas Yusran.




(wsw/ddn)

Hide Ads