Studi Tunjukkan Kekejaman Ekstrem Saat Penjajahan, PM Belanda Minta Maaf

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Studi Tunjukkan Kekejaman Ekstrem Saat Penjajahan, PM Belanda Minta Maaf

Femi Diah - detikTravel
Sabtu, 19 Feb 2022 06:12 WIB
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte minta maaf atas kekejaman di masa penjajahan. (Phil Nijhuis/AFP)
Jakarta -

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte meminta maaf atas kekejaman yang sistematis dan ekstrem saat perang kemerdekaan Indonesia.
Aksi kekerasan itu terungkap dalam sebuah penelitian.

"Hari ini, atas nama pemerintah Belanda, saya menyampaikan permintaan maaf terdalam saya kepada rakyat Indonesia atas kekerasan sistematis dan ekstrem dari pihak Belanda pada tahun-tahun itu," kata Perdana Menteri Mark Rutte dalam konferensi pers yang dikutip dari AFP, Sabtu (19/2/2022).

Rutte sekaligus menyampaikan penyesalan pemerintah Belanda yang menutup mata terhadap masalah tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami juga meminta maaf kepada semua orang yang tinggal di Belanda yang harus hidup dengan konsekuensi perang kolonial di Indonesia, termasuk para veteran perang yang berperilaku baik," kata Rutte.

Studi itu dilakukan selama empat tahun oleh peneliti Belanda dan Indonesia. Salah satunya menyebutkan tentara Belanda membakar desa-desa, melakukan penahanan massal, penyiksaan, dan mengeksekusi masyarakat pada perang kemerdekaan Indonesia mulai 1945-1949.

ADVERTISEMENT

Kekerasan ekstrem ini dilakukan dengan dukungan diam-diam dari pemerintah.

Dalam studi ini peneliti menyebut bahwa Belanda, mulai dari politikus, pejabat, pegawai negeri, hakim, dan sebagainya mengetahui tentang kekerasan ekstrem dan sistematis itu.

"Ada kemauan kolektif untuk membenarkan dan menyembunyikannya, dan membiarkannya tanpa hukuman. Semua ini terjadi dengan tujuan yang lebih tinggi: memenangkan perang," kata peneliti.

Peneliti mengungkap kejahatan itu meliputi penahanan massal, penyiksaan, pembakaran kampung, eksekusi, dan pembunuhan warga sipil. Kekerasan ini terjadi saat Belanda ingin mempertahankan bekas jajahannya setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada 1945. Belanda lalu mundur pada 1949.

Ini bukan permintaan maaf pertama Belanda kepada Indonesia. Sebelumnya, Raja Belanda Willem-Alexander secara resmi meminta maaf saat berkunjung ke Indonesia pada 2020 atas kekerasan berlebihan selama penjajahan.

Tapi, permintaan maaf PM Rutte kali ini adalah pengakuan pertama Belanda bahwa ada kekerasan brutal yang disengaja secara efektif selama perang.

Simak juga 'Museum di Belanda Bikin Pameran Tentang Kemerdekaan Indonesia':

[Gambas:Video 20detik]



(fem/fem)

Hide Ads