Kisah Sedih Putri Raja Bali yang Wafat Sebagai Mualaf, Dibunuh Ayah Sendiri

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kisah Sedih Putri Raja Bali yang Wafat Sebagai Mualaf, Dibunuh Ayah Sendiri

Tim detikcom - detikTravel
Jumat, 15 Apr 2022 19:40 WIB
Makam Keramat Agung Hj Raden Ayu Siti Khotidjah
Foto: Makam Raden Ayu Siti Khotidjah (Ni Komang erviani/detikcom)

Ulama dari Yogyakarta itu kemudian memanggil Pangeran Cakraningrat IV untuk datang ke Yogyakarta. Setelah menghadap, sang ulama memerintahkan agar Pangeran Cakraningrat IV pergi ke tanah Bali untuk menemui Raja Pemecutan

Kemudian, atas perintah dari sang guru, Pangeran Cakraningrat IV akhirnya berangkat ke Bali dengan kawalan 40 orang prajurit. Pangeran Cakraningrat IV ternyata berhasil menyembuhkan putri raja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keduanya lalu menikah disaksikan seluruh keluarga besar Kerajaan Pemecutan beserta 40 orang pengawal pangeran. Berselang beberapa hari setelah menikah, Pangeran Cakraningrat IV memutuskan kembali ke Bangkalan Madura dengan mengajak serta sang istri.

Sesampainya di Madura, kedua mempelai kembali menjalani upacara pernikahan secara Islam. Gusti Ayu Made Rai pun menjadi mualaf dan mengubah namanya menjadi Raden Ayu Siti Khotijah atau Raden Ayu Pemecutan.

ADVERTISEMENT

Beberapa tahun setelah menetap di Madura, Raden Ayu memutuskan untuk pulang ke Bali untuk menjenguk orang tua dan keluarganya. Atas izin sang suami, ia lantas berangkat dengan pengawalan 40 prajurit.

Pangeran Cakraningrat IV tidak menemani Raden Ayu ke Bali. Ia hanya memberikan bekal sebuah guci dengan uang kepeng di dalamnya, keris, dan pusaka yang diselipkan di rambut.

Setibanya di Bali, Raden Ayu disambut baik oleh sanak keluarganya. Namun kesalahpahaman sang raja membuat kisah Raden Ayu berakhir tragis.

Ketika Raden Ayu menjalankan sholat dengan mukena putih di malam hari, patih kerajaan justru mengira Raden Ayu sedang melepaskan ilmu hitam (ngeleak).

Patih segera melaporkan hal itu kepada raja. Tanpa bertanya langsung kepada Raden Ayu, sang raja langsung memerintahkan patih untuk membunuh Raden Ayu.

Oleh patih kerajaan, Raden Ayu lantas diajak ke Setra Badung. Ikut serta bersama mereka, para pengawal dan dayang dayang yang diajak dari Bangkalan Madura, beserta pengiring dari istana.

Raden Ayu rupanya sudah menduga bahwa patih kerajaan mengajaknya ke Setra Badung untuk dibunuh. Ia lantas mempersilahkan patih untuk melakukan tugas yang diberikan ayahnya, karena ia menghormati sang ayah.

Raden Ayu sempat menjelaskan bahwa ia hanya melakukan sholat, menunaikan ibadah agamanya (Islam). Ia juga meminta kepada patih agar melemparkan tusuk konde miliknya ke arah dada kirinya.

Raden Ayu pun berpesan bila tubuhnya mengeluarkan asap berbau busuk, ia meminta patih untuk menanam jenazahnya sembarangan. Sebaliknya, bila jenazahnya berbau harum, ia meminta dibuatkan tempat suci atau Keramat.

Rupanya tubuh Raden Ayu mengeluarkan bau yang sangat harum seperti bau kemenyan madu, menyebabkan seluruh kawasan Setra Badung seluas 11 hektar itu wangi.

Setelah mendengar cerita patih kerajaan, sang raja pun menyesal telah mengeluarkan perintah yang emosional. Raja lantas membuatkan tempat suci sebagai makam sang putri, serta memerintahkan kepala istana untuk menjaga makam tersebut hingga sekarang.


---

Artikel ini sudah naik di detikBali dan bisa dibaca selengkapnya di sini.

Saksikan juga: Keakraban Pak Ribut & April, Guru Murid yang Viral di Tiktok

[Gambas:Video 20detik]




(wsw/wsw)

Hide Ads