Harga tiket pesawat terbilang masih stabil mendekati batas atas di akhir bulan Mei ini. Itu seperti menjelang libur lebaran Idul Fitri lalu.
Apakah tarif itu akan stabil di harga itu atau akan ada penurunan? Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menjawab bahwa masalah penerbangan di dalam negeri berkaitan erat dengan kapasitas jumlah tempat duduk.
"Jadi salah satu yang dipetakan dari beberapa kunjungan kita, roadshow dengan pasar-pasar potensial, masalah utama dari kebangkitan kita adalah kapasitas penerbangan atau seat capacity," kata dia dalam Halal Bihalal Kemenparekraf, Senin (23/5/2022).
"Ini yang dihadapi oleh pasar Australia, pasar Asia selatan, maupun semua penerbangan baik menuju ke Indonesia ke luar negeri atau dalam lingkup domestik," Sandiaga menambahkan.
Karena harga yang masih tinggi itu, Kemenparekraf sudah berkoordinasi dengan Kementerian BUMN. Itu terkait kemampuan Garuda Indonesia dalam penyediaan armada yang cukup.
"Nah, ini tentunya harus kita solusikan dengan kolaborasi. Garuda, saya baru berkoordinasi dengan Kementerian BUMN perlu waktu sampai Juni untuk menuntaskan proses PKPU-nya," kata Sandiaga.
"Jadi, akan memakan waktu untuk menambah jumlah pesawatnya sampai 60," dia menambahkan.
Selain Garuda Indonesia, Sandiaga juga menyebut bahwa maskapai lain masih terdampak pandemi. Namun, di sini, ia mengajak maskapai luar untuk menambah frekuensi penerbangannya ke Indonesia agar harga tiket mengalami penurunan.
"Dan penerbangan-penerbangan lain masih dalam posisi mulai revitalisasi," kata dia.
"Jadi, kita saatnya ini mengajak maskapai-maskapai luar negeri yang bisa berpartisipasi untuk penerbangan luar negerinya masuk ke Indonesia, sehingga lebih banyak kapasitas penerbangan," urai dia.
"Kalau kapasitas penerbangannya bertambah, harga tiket otomatis akan menurun," pungkas Sandiaga.
Simak Video "Video: Dirut Garuda Ungkap 3 Faktor Penyebab Harga Tiket Pesawat Mahal"
(msl/pin)