Nepal, Si Atap Dunia yang Lagi Bau Sampah

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Nepal, Si Atap Dunia yang Lagi Bau Sampah

bonauli - detikTravel
Senin, 13 Jun 2022 12:05 WIB
Sampah menumpuk di kawasan Kathmandu, Nepal. Tumpukan sampah bahkan terlihat di sepanjang jalan di Bashantapur Durbar Square, sebuah situs warisan dunia UNESCO.
Sampah di Kathmandu (REUTERS/NAVESH CHITRAKAR)
Kathmandu -

Nepal, si Atap Dunia dan Negeri Seribu Kuil. Negara cantik nan indah yang kini sedang pusing tujuh keliling karena sampah.

Semua bermula saat sebuah desa kecil yang berada di Bancharedanda, luar Kathmandu jadi tempat pembuangan sampah selama bertahun-tahun. Warga desa ini akhirnya memberontak dan tak mengizinkan truk sampah datang.

Sejak Rabu (8/6) lalu, ratusan penduduk desa mendirikan penghalang batu di jalan masuk menuju Bancharedanda. Perempuan dan anak-anak ikut unjuk rasa dan berhasil menutup akses untuk 200 truk sampah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alhasil, sampah-sampah ini harus kembali ke Kathmandu tanpa dibuang. Sampah-sampah ini akhirnya ditumpuk di ibukota Nepal tersebut.

Selama beberapa minggu ini, sampah-sampah tersebut menggunung di Kathmandu. Warga terus membuang sampah di pinggir jalan. Sehingga seisi kota bau dan sangat kotor.

ADVERTISEMENT

Seorang turis Inggris yang kembali datang ke Nepal setelah beberapa dekade tidak ke sana ikutan kaget. Dirinya tak menyangka bahwa Kathmandu begitu kotor.

"Jika saya adalah turis baru, saya akan merasa jijik," ujar Richard McSorley dilansir dari Reuters.

Kondisi ini jelas jadi permasalahan baru bagi pariwisata. Karena Nepal ingin kembali menggenjot pariwisatanya setelah pandemi.

Bahkan sampah-sampah tersebut sampai menggunung di Bashantapur Durbar Square, sebuah situs warisan dunia UNESCO yang berada di kawasan Kathmandu, Nepal.

Sementara itu, Biswas Dhungana seorang pengunjuk rasa di desa tersebut akan terus melakukan penolakan pembuangan sampah di sana. Mereka menuduh pihak berwenang tidak berbuat banyak untuk menyediakan infrastruktur dan mengelola sampah.

"Kami telah dipaksa untuk hidup seperti babi dalam kondisi buruk selama beberapa tahun karena pemerintah tidak melakukan apa pun untuk menjaga desa tetap bersih," ucapnya.




(bnl/bnl)

Hide Ads