Taman Wisata Air Wendit saat ini dikelola Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang. Akan tetapi sejumlah kebijakan yang selama ini diambil dinilai tak efektif mengembalikan kejayaan Wendit.
Sekretaris Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Mangliawan, Teguh Priejatmono, S.Hut, menceritakan bahwa Wendit sudah salah urus sejak PDAM Kota Malang mengambil air di sana. Proyek itu dimulai sejak 1978 dan terhitung sudah 4 kali PDAM Kota Malang membangun pos penyedotan air dari sumber Wendit.
"Keadaan ini menyebabkan kerusakan lingkungan dan penurunan pendapatan masyarakat dari sektor pariwisata," kata Teguh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Teguh memaparkan kunjungan wisatawan makin sepi dan tatanan Wendit juga berubah. Kolam air besar yang biasanya bebas digunakan berenang, sejak saat itu tampil disekat-sekat. Belum lagi situs-situs purbakala yang kata Teguh tergusur karena proyek itu. Ini membuat wisatawan juga ogah datang ke Wendit.
![]() |
Namun menurut Teguh, hadirnya PDAM Kota Malang di Wendit bukan satu-satunya penyebab wisata Wendit semakin terbelakang. Menurutnya Pemkab Malang yang bertugas memajukan wisata ini, kerap membuat kebijakan yang tak selaras dengan identitas Wendit.
"Pembangunan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Malang tidak membuat Taman Wendit menjadi lebih baik, justru semakin runyam. Banyaknya gedung-gedung baru bernuansa moderen mengakibatkan perubahan drastis lingkungan Taman Wendit," ujar Teguh.
"Pada saat ini bangunan-bangunan baru di Wendit rata-rata sudah tidak terawat lagi dan terbengkalai yang menghilangkan unsur alamiah Wendit sebagai objek wisata," sambungnya.
![]() |
Ucapan Teguh ini sejalan dengan kondisi Wendit yang disaksikan langsung detikcom. Banyak bangunan kosong, kios-kios yang ditinggal pedagang, serta gazebo-gazebo yang dibiarkan rusak. detikcom juga melihat sarana waterboom yang tutup karena sepi pengunjung serta kolam anak yang berlumut.
Keadaan semakin parah sejak UPT Wendit memberlakukan kebijakan Wendit tutup setiap hari Jumat. Padahal, Jumat merupakan hari penting bagi masyarakat Tengger yang melakukan ritual di sana.
Kita mundur sejenak ke sejarah Wendit yang airnya memang sudah dimanfaatkan sejak masa raja-raja Majapahit. Masyarakat Tengger sebagai keturunan Majapahit, memiliki ikatan kuat dengan Wendit, di mana sampai sekarang mereka masih mengambil air dari sana untuk upacara Kasada.
Lebih lanjut, Teguh mewakili masyarakat di sekitar Wendit masih menantikan implementasi dari uang kompensasi pelestarian Wendit yang diberikan PDAM Kota Malang kepada Pemkab Malang karena mengambil air dari wilayah kabupaten. Pada 2019, PDAM Kota Malang mengatakan pihaknya membayar sebesar Rp 2 miliar per tahun kepada Pemkab Malang.
"Kompensasi sebatas perjanjian tanpa pernah ada implementasi yang menyangkut perbaikan lingkungan dan perbaikan kehidupan masyarakat menjadi lebih baik," katanya.
![]() |
Malahan, PDAM Kabupaten Malang turut serta mengambil air dari Wendit. Kegiatan ini sempat diprotes warga pada Mei 2020.
"Sejak 2019 itu justru semakin hancur. Sejak PDAM Kabupaten Malang ikut-ikutan ambil air dari kolam besar di dalam Wisata Wendit. Debit air yang diambil 225 liter per detik," ujar Teguh.
Teguh mengakui masalah di Wendit ini sudah terlanjur kompleks. Acapkali perdebatan mengemuka antara petinggi Kota dan Kabupaten Malang tanpa melibatkan desa yang masyarakatnya tinggal di Wendit. Menurutnya, dibutuhkan pihak yang menengahi masalah tersebut.
"Kota, kabupaten, desa itu juga pemerintah. Jadi ada pertemuan tiga pihak untuk mencari solusinya. Fasilitatornya mungkin Pemprov Jatim," pungkasnya.
(pin/ddn)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol