TRAVEL NEWS
Warga Kampung Adat Cireundeu Makan Beras Singkong? Sudah Tradisi!

Kampung Adat Cireundeu di Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, biasa mengonsumsi beras dari singkong. Beras bukan dari padi.
Tradisi itu dilakukan turun temurun oleh masyarakat adat Cireundeu. Diperkirakan telah berusia hampir 500 tahun.
Ais Pangampih Kampung Adat Cireundeu, Abah Widiya, menyebut tradisi mengonsumsi singkong untuk memenuhi kebutuhan pangan setiap hari telah berjalan sejak tahun 1918. Hingga saat ini, mereka sama sekali tak pernah mengonsumsi beras padi.
"Kebiasaan itu awalnya dari tahun 1918, jadi baru sekitar 100 tahun lebih. Tujuan dari leluhur kami itu lebih ke sebuah tuntunan supaya tidak ketergantungan (pada beras)," kata Abah Widiya kepada detikJabar.
Kekhawatiran leluhur akan ketergantungan masyarakat pada beras terbukti benar adanya. Saat ini, pemerintah terpaksa harus mengimpor beras dari negara lain demi memenuhi kebutuhan pangan nasional.
Abah Widi mengatakan langkah pemerintah mengimpor bahan utama pangan masyarakat itu dilandasi kekhawatiran akan terjadinya krisis pangan di Tanah Air.
"Pemerintah impor beras karena ada kekhawatiran rakyat kelaparan. Padahal kalau bercerita soal alam enggak ada manusia kelaparan. Cuma harus mengubah mindset dan pola kehidupan karena manusia tidak pernah menolak makanan apapun," kata Abah Widi.
Atas dasar hal itu, hingga saat ini masyarakat adat Kampung Cireundeu berpedoman pada prinsip hidup yang mereka anut yakni 'Teu Nyawah Asal Boga Pare, Teu Boga Pare Asal Boga Beas, Teu Boga Beas Asal Bisa Nyangu, Teu Nyangu Asal Dahar, Teu Dahar Asal Kuat'.
Prinsip itu bisa dimaknai 'Tidak memiliki sawah asal punya beras, tidak memiliki beras asal bisa menanak nasi, tidak menanak nasi asal bisa makan, tidak makan asal kuat'.
"Apalagi saat ini dengan jumlah penduduk yang terus meningkat sedangkan lahan pertanian semakin menyempit. Sedangkan kami di sini punya alam, tinggal menanam, saat panen bisa memenuhi kebutuhan kami," kata Abah Widi.
Saat ini mereka tak hanya mengolah singkong yang sudah dipanen menjadi beras saja. Sudah ada inovasi lain mulai dari mengolahnya menjadi keripik, awug, semprong, dendeng, dan olahan lain yang tak membosankan dan layak dicicipi.
"Sudah banyak olahannya, karena kita juga punya sentra oleh-oleh. Dijalankannya sama ibu-ibu di sini," ujar Abah Widi.
***
Artikel ini juga tayang di detikJabar, klik di sini
Simak Video "Jelajah Wisata Alam Seribu Goa Banuarea yang Eksotik"
[Gambas:Video 20detik]
(fem/fem)