Misteri Pohon Kayu Putih di Tabanan, Konon Muncul Suara Gamelan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Misteri Pohon Kayu Putih di Tabanan, Konon Muncul Suara Gamelan

Femi Diah - detikTravel
Sabtu, 06 Agu 2022 12:54 WIB
Pura Babakan dengan pohon besar yang disebut Kayu Putih di Desa Adat Bayan, Desa Tua, Kecamatan Marga, Tabanan
Pura Babakan dengan pohon besar yang disebut Kayu Putih di Desa Adat Bayan, Desa Tua, Kecamatan Marga, Tabanan (Chairul Amri Simabur)
Tabanan -

Pohon kayu putih di Desa Adat Bayan, Desa Tua, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan dianggap sakral. Pohon itu juga penuh misteri.

Pohon itu tumbuh besar dan memberikan keteduhan bagi sekitarnya. Ukurannya yang raksasa membuat Desa Adat Bayan makin mempesona.

Pohon kayu putih itu sempat membetot perhatian publik setelah ada bule yang berfoto telanjang di sana pada Mei 2022. Padahal pohon itu bukan sembarang pohon. Pohon kayu putih sakral itu sudah berusia 7 abad.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain sakral pohon itu juga memiliki kisahnya sendiri. Salah satunya alunan gamelan yang terdengar sayup-sayup dari pohon itu pada hari tertentu. Khususnya, saat rahinan atau hari suci umat Hindu di Bali.

"Meski secara tertulis tidak ada, cerita itu bagi sebagian orang dipercaya memang benar. Khususnya para orang tua kami," tutur Penyarikan Pura Babakan, Penyarikan Pura Babakan, I Made Kurna Wijaya, Sabtu (6/8/2022).

ADVERTISEMENT

Konon, suara sayup-sayup alunan gamelan itu bersumber dari gender atau gamelan wayang yang tertanam di bawah pohon yang diperkirakan berusia 700 tahun itu.

Kurna Wijaya mengatakan, alunan gender tersebut diklaim pernah didengar oleh para orang tua yang tinggal di sekitar desa adat setempat. Khususnya di bawah era 80-an.

"Memasuki era 80-an, zaman sudah mulai bising, sehingga alunan itu tidak terdengar lagi," kata dia.

Menurut Kurna Wijaya salah seorang yang pernah mendengarkan alunan gender yang sayup-sayup itu adalah ayahnya sendiri, I Wayan Raksa.

Ayahnya yang kini berusia sekitar 90-an itu pernah menjadi prajuru Pura Babakan, tempat pohon yang dinamakan Kayu Putih itu tumbuh.

"Paman saya, I Nyoman Suparta, yang usianya sekarang sekitar 60-an juga pernah mendengarnya. Tapi hanya sekali," kata Kurna Wijaya.

Ia menyebutkan kepercayaan yang sempat berkembang itu lebih didasari pengalaman pribadi. Karena sumber tertulis mengenai kebenaran adanya seperangkat gamelan di bawah pohon itu tidak ada sama sekali.

"Sumber tertulis tidak ada, tetapi sebagian orang meyakini itu benar karena berdasarkan pengalaman pribadi," dia menambahkan.

Di luar cerita itu, Pura Babakan yang menjadi areal tumbuhnya pohon Kayu Putih itu sering didatangi warga setempat yang hendak nerang (menangkal hujan) dengan harapan upacara keagamaan yang hendak dilaksanakan berjalan lancar dan tidak terganjal faktor cuaca.

"Biasanya H-3 atau H-1 datang ke Pura Babakan agar upacara yang mau dilaksanakan berjalan lancar. Tidak terkendala faktor cuaca, terutama hujan," kata dia.




(fem/fem)

Hide Ads