Traveler Simak, Ternyata di Bali Tak Boleh Jemur Pakaian Melebihi Kepala

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Traveler Simak, Ternyata di Bali Tak Boleh Jemur Pakaian Melebihi Kepala

Tim detikBali - detikTravel
Minggu, 04 Sep 2022 13:45 WIB
Wedding - traditional culture in Bali
Upacara pernikahan tradisional di Bali. Foto: Getty Images/iStockphoto/Pilin_Petunyia
Denpasar -

Pulau Bali kental akan adat istiadatnya yang hingga saat ini masih dijalankan. Salah satunya yaitu mengenai aturan menjemur pakaian.

Bali memang wilayah yang dikenal akan pesona wisata serta adatnya. Namun, adat istiadat ini tak hanya sekadar untuk menarik wisatawan. Masyarakat serta siapapun pendatang yang tinggal di Bali harus ikut mematuhi adat istiadat ini.

Salah satu yang jarang diketahui adalah adanya adat yang mengatur tentang cara menjemur pakaian. Ternyata, aturan ini melarang siapapun untuk menjemur pakaian dengan tinggi melebihi kepala.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kenapa ya?

Pada umumnya, umat Hindu hanya diperbolehkan untuk menjemur pakaian maksimal setinggi dada dan tidak boleh melebihi kepala. Sebab dalam agama Hindu dipercaya bahwa kepala merupakan areal suci.

ADVERTISEMENT

Sedangkan pakaian yang sudah pernah dipakai manusia merupakan benda yang dianggap kotor. Hal inilah yang melatarbelakangi aturan menjemur pakaian di kalangan umat Hindu.

"Maksimal jika kita sebagai umat Hindu saat menjemur pakaian itu sedada, lebih dari itu tidak boleh karena kita harus percaya bahwa kepala merupakan areal yang suci," kata Ida Pedanda Gede Made Bajing, seperti dikutip detikBali.

Aturan Menjemur Pakaian

Selain mengenai tinggi jemuran, umat Hindu juga memiliki aturan tersendiri mengenai cara peletakan pakaian yang dijemur serta lokasi penjemuran itu sendiri.

Letak pakaian dalam jemuran harus disesuaikan, mulai dari baju dijemur paling atas kemudian disusul dengan celana paling bawah.

Lalu peletakan jemuran juga tak boleh sembarangan. Tidak disarankan meletakkan jemuran di tengah halaman atau di depan pintu masuk. Sebaiknya jemuran diletakkan sedikit ke pojok dan sedikit tertutup.

Tidak hanya itu, menurut pemuka agama, sebenarnya anak-anak juga tidak boleh melewati bagian bawah jemuran.

"Biasanya di pedesaan itu sering menjemur pakaian menggunakan tali yang dibentangkan dan anak-anak sering lewat di bawahnya. Seharusnya itu tidak boleh, orang tua harus mengawasi anaknya," kata Ida Pedanda Bajing salah satu pemuka agama Hindu dari Griya Gunung, Karangasem, Bali saat ditemui detikBali beberapa waktu lalu.

Ada Risiko Jika Melanggar

Kemudian Ida Pedanda Bajing juga menjelaskan bahwa jika seseorang melanggar aturan ini, maka akan ada akibatnya. Dipercaya orang yang melanggar bisa sering mengalami sakit kepala.

Hal ini berkaitan dengan kepercayaan bahwa kepala merupakan area yang suci. Sedangkan pakaian yang dijemur tidak.

Tak hanya itu, Ida Pedanda Bajing juga menerangkan bahwa di setiap pekarangan rumah umat Hindu akan ada Pelinggih Penugun Karang. Ini merupakan gambaran penjaga dan dipercaya bahwa saat manusia sedang tidur, sang penjaga akan berkeliling menjaga pekarangan.

Pelinggih Penugun Karang ini tingginya kurang lebih sama seperti tinggi manusia pada umumnya. Sehingga tidak etis rasanya jika mendirikan jemuran dengan tinggi melebihi penjaga kita.

"Jika seandainya kita menjemur pakaian melebihi kepala tentu tidak etis rasanya melebihi Pelinggih Penugun Karang yang merupakan penjaga kita," pungkas Ida Pedanda Bajing.

Nah, bagi traveler yang berencana untuk tinggal atau berkunjung ke Bali dalam waktu cukup lama. Maka ada baiknya untuk mempelajari adat dan budaya setempat agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Artikel ini telah tayang di detikBali.




(ysn/ysn)

Hide Ads