Setiap pagi, Farhad mengenakan tunik tradisional Afghanistan. Ia sarapan dengan sepiring telur goreng, duduk bersama anak-anak dan istrinya, serta berpamitan hendak pergi kerja.
Ia selalu memberitahu keluarganya bahwa ia bekerja sebagai sopir. Selama ini, keluarga tidak pernah menanyakan pekerjaannya secara detail. Dia menduga, keluarganya sudah tahu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya menjalani kehidupan ganda. Saya tidak mengidentifikasi sebagai seorang pria. Jika saya punya pilihan, saya akan menjalani perubahan jenis kelamin," ujarnya.
Farhad mengatakan dia telah membuat keputusan sulit untuk menikah dan bersembunyi di balik kehidupan keluarga konvensional karena potensi bahayanya terbuka tentang identitas gendernya.
"(Terbuka) gay, lesbian, biseksual atau transgender di Afghanistan berisiko dilecehkan, bahkan kematian," kata Associate Director Asia Human Right Watch Patricia Gossman.
![]() |
Abdi mengatakan ancaman terbesar sering datang dari kerabat.
"Jika seorang anggota keluarga mengetahui tentang kecenderungan seksual mereka, kekerasan yang mungkin mereka alami mungkin tak terkatakan," katanya.
"Mereka mungkin dipukuli, dilecehkan secara seksual, diperkosa, diculik, dan bahkan dibunuh dalam keadaan tertentu," ia melanjutkan.
Seperti Farhad, Ramesh mengatakan dia menganggap istrinya tahu tentang kehidupan rahasianya. Kakinya dihias dengan henna dan dia sering pulang pada dini hari.
Tak satu pun dari mereka ingin berpisah dengan keluarga. Mereka juga tidak memiliki rencana untuk meninggalkan Afghanistan. Mereka hanya berharap bahwa tanah air mereka secara bertahap akan menjadi lebih terbuka dan menerima orang-orang seperti mereka.
(pin/ddn)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan