Ada Lift Non Halal di Hotel, Maksudnya Apa Ya?

Jagat media sosial dihebohkan dengan label lift non halal yang dipasang di hotel terkenal di Kuala Lumpur, Malaysia. Namun tak diketahui alasan penempelan label tersebut.

Foto label itu diunggah oleh seorang pengacara dan aktivis Malaysia bernama Siti Kasim melalui akun Facebook dan Twitter miliknya. Dalam caption, Siti mengatakan foto itu ia dapatkan dari temannya.

"Jadi seorang teman saya mengambil foto ini di Sheraton Four Points. Bisakah Sheraton Hotels & Resorts menjelaskan alasan di balik ini?" tulisnya.

Postingan yang diunggah pada Selasa (4/10/2022) itu langsung mendapatkan ribuan reaksi dari warganet. Banyak yang mempertanyakan alasan hotel mencantumkan label tersebut.

Warganet memberikan kemungkinan-kemungkinan jawaban dari tujuan pemasangan label lift non halal. Ada yang berpendapat, lift ini digunakan untuk mengangkut barang non halal.

[Gambas:Twitter]

"Lift itu ditempatkan untuk melayani makanan non halal dan minuman beralkohol. Biasanya karena hotel sedang mengajukan status halal," kata seorang warganet.

"Produk halal tidak dapat dipindahkan menggunakan lift yang sama dengan produk non halal (dalam hal ini kemungkinan besar minuman keras)," kata warganet lainnya.

Namun ada pula warganet yang memberikan alasan lainnya. Mereka melontarkan berbagai kemungkinan yang membuat lift itu khusus untuk non halal.

"Apakah karena udara yang dihembuskan orang-orang tidak halal?" komentar seorang warganet.

"Lift ini dibuat khusus untuk pasangan zina sampai ke kamar mereka," kata yang lain.

Klarifikasi Hotel

Namun mengutip The Star, hotel tersebut mengatakan bahwa pencantuman label itu merupakan bagian dari persyaratan yang ditetapkan oleh pihak berwenang untuk memastikan mereka menerima sertifikasi halal mereka untuk operasi back-of-house hotel, seperti lift. Hotel juga menyatakan bahwa mereka telah menulis ulang label tersebut agar tidak membuat traveler yang menginap bingung.

detikTravel mencoba menghubungi cabang hotel itu di Indonesia. Pihak hotel mengatakan, tidak ada standar universal untuk pencantuman label tersebut dan di Indonesia sendiri tidak ada label seperti yang ditemukan di Malaysia itu.