Proyek MRT Fase 2 kembali viral karena penemuan jalur trem kuno kedua. Kali ini trem ditemukan di kawasan Harmoni hingga Mangga Besar.
Sebelumnya, temuan rel trem kuno ditemukan di kawasan Glodok menuju Museum Bank Mandiri kawasan Kota Tua. Temuan itu muncul di sekitar pertengahan 2021, jaringan trem yang ditemukan cukup panjang sekitar 400-an meter, pada proyek MRT Jakarta.
Di Fase 2 ini, temuan jalur trem kuno kembali ditemukan. Mencapai 1,4 km, ada sekitar 118 struktur span rel yang ditemukan di sana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satu struktur rel terdiri dari dua batangan yang panjangnya 12 meter. Setiap batangan dirakit menjadi satu dengan bantalan kayu atau besi baja sebanyak 16 buah, lalu ada juga penahan arus listrik atau arde yang dipasang tiap 4 bantalan rel.
Menurut tim arkeologi yang menangani temuan di proyek MRT Jakarta Fase II Charunia Arni Listya D jalur trem yang ditemukan merupakan jalur yang digunakan untuk trem elektrik di awal-awal 1930-an.
![]() |
Jalur ini merupakan jalur trem pertama yang sudah digunakan sejak zaman Belanda. Jalur ini menghubungkan kawasan Kota Tua ke Harmoni.
"Ini jalur pertama, rute trem pertama, 1A dan 1B. Hubungkan kawasan kota tua ke Harmoni, atau daerah weltevreden," papar arkeolog yang akrab disapa Lisa itu di lokasi penemuan Trem MRT Jakarta, Kawasan Harmoni, Jakarta Pusat, Rabu (16/11/2022).
Riwayat jalur trem itu diketahui dimulai sejak tahun 1869, tepat saat Belanda berkuasa di Hindia Belanda dan Jakarta masih bernama Batavia.
Awalnya, bukan berbentuk trem, melainkan gerbong-gerbong angkutan penumpang dan barang yang ditarik kuda. Hanya saja gerbong itu ternyata menyebabkan banyak masalah. Mulai dari banyaknya kuda yang mati kelelahan hingga masalah kebersihan kota.
"Kita menemukan struktur rel trem yang jaringannya sudah ada sejak tahun 1869, tapi masih trem kuda waktu itu. 2-3 gerbong ditarik kuda dengan beban berat. Pada saat itu banyak kuda mati, dan kejadian itu diprotes banyak orang Eropa. Sekitar 200-an kuda mati saat itu," ungkap Lisa.
"Di sisi lain, wajah kota jadi nggak bersih karena kotoran kuda sepanjang jalur trem," lanjutnya.
Melihat permasalahan yang terjadi, Lisa menyebutkan pemerintah Belanda saat itu mengubah jalur trem yang tadinya diangkut makhluk hidup dengan trem bertenaga uap di sekitar penghujung 1880-an.
Namun, masalah kembali muncul pada trem dengan lokomotif uap. Paling sering terjadi adalah trem yang mogok saat musim hujan tiba karena kedinginan.
Maka muncul usulan untuk menggunakan rel trem listrik, usulan itu kembali disuarakan oleh pemerintah Belanda di penghujung 1920-an. Maka dari itu, mulai tahun 1930 pemerintah Hindia Belanda mulai melakukan elektrifikasi trem di Batavia.
"Elektrifikasi rel trem uap berlangsung selama 2-3 tahun, setidaknya 1934 ketika semua permasalahan dengan wilayah selesai. Elektrifikasi rel trem selesai. Nah inilah yang saat ini yang kita lihat adalah rel trem listrik," ujar Lisa.
Trem listrik itu ternyata terus digunakan sampai setelah Indonesia merdeka di tahun 1945. Setidaknya trem listrik terus digunakan sampai awal 1960-an.
(bnl/bnl)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol