Welcome d'travelers !

Ayo share cerita pengalaman dan upload photo album travelingmu di sini. Silakan Daftar atau

ADVERTISEMENT

Rabu, 11 Jan 2023 05:01 WIB

TRAVEL NEWS

Tanpa PPKM Kuota Kereta Kembali Full, tapi Harga Tiketnya Tetap Melambung

Femi Diah
detikTravel
Rangkaian kereta api tengah melintas.
Foto: doc KAI Daop IV Semarang
Jakarta -

Mahalnya harga tiket kereta api masih dipertanyakan oleh traveler. Apalagi, kini setelah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dicabut, harga tiket kereta tetap semahal saat pandemi.

Kenaikan harga tiket kereta api sudah terjadi sejak pandemi. Saat itu, PT KAI menyebut memang ada kenaikan harga tiket kereta api yang berlaku mulai 12 Juni 2020. Kenaikan tarif kereta api waktu itu mencapai 30-40 persen dari harga sebelum wabah.

PT KAI menyebut kenaikan harga Itu disebabkan oleh pembatasan kuota penumpang yang bisa diangkut oleh kereta api. Kenaikan harga tiket itu berlaku di semua rute perjalanan.

Kini, wabah dianggap telah tertangani. Presiden Joko Widodo mencabut PPKM. Artinya, kereta api bisa mengangkut penumpang hingga 100 persen daya tampung. Tetapi, faktanya harga tiket kereta tidak kembali turun.

Kenaikan harga tiket kereta api itu masih terus dikeluhkan oleh warganet. Apalagi, kereta api merupakan moda transportasi massal yang diharapkan tiketnya bisa lebih terjangkau bagi penumpang.

"Saat pandemi, saya baca di detikcom kalau harga tiket kereta api itu menjadi lebih mahal karena pada waktu itu kereta api tidak bisa diisi penumpang 100 persen. Kan, ada aturan jaga jarak. Kami bisa menerima walaupun berat, sebab untuk naik kereta saat itu banyak sekali syaratnya, di antaranya syarat negatif Covid-19 melalui tes antigen atau bahkan PCR yang sempat mahal banget," kata Nana, 29, dalam perbincangan detikTravel.

"Sekarang, kereta api sudah dibolehkan diisi penumpang 100 persen, tetapi kenapa harga tiketnya masih mahal? Bukan hanya saat libur anak sekolah atau seperti akhir tahun kemarin, pada Natal dan tahun baru. Februari nanti juga harganya tinggi," dia menambahkan.

Nana, yang boleh dibilang rutin bolak-balik Jakarta-Semarang, berharap harga tiket kereta api bisa lebih terjangkau. Dia berpendapat harga tiket kereta api seharusnya tidak mengikuti pasar, sebab PT KAI tidak memiliki pesaing. Lagipula, kereta api merupakan moda transportasi massal yang seharusnya bisa menawarkan harga lebih murah ketimbang moda lainnya.

Sebagai gambaran, saat mengecek harga tiket kereta api untuk perjalanan Jakarta ke Semarang pada Februari 2023, Nana bahkan tidak menemukan tiket keberangkatan untuk hari Sabtu dan Minggu. Padahal, di lain hari tersedia.

Harga termurah ditemukan untuk kelas ekonomi dan subkelas S, Q, P kereta Dharmawangsa secara beruntun di harga Rp 180 ribu, Rp 190 ribu, dan Rp 200 ribu. Kereta itu berangkat dari Stasiun Senen pada Jumat, 10 Februari 2023 pukul 08.55 dan dijadwalkan tiba di Stasiun Tawang Semarang dengan perkiraan durasi perjalanan selama enam jam dan 30 menit.

Selain kereta Dharmawangsa, harga tiket kereta dari Jakarta ke Semarang ditawarkan lebih tinggi. Harga tiket untuk kursi di gerbong bisnis hanya beda tipis, yakni sekitar Rp 250 ribu. Tetapi, ada pula kelas ekonomi yang lebih mahal, yakni Rp 310 ribu pada kereta Jayabaya. Harga tiket kelas eksekutif lebih mahal lagi, mencapai Rp 450 ribuan hingga Rp 600 ribuan. Untuk gerbong luxury berkisar Rp 1 juta hingga Rp 1,3 juta pada kereta Argo Anggrek dan Sembrani.

"Kalaupun harga tiket menjadi lebih mahal, seharusnya fasilitas juga dibagusin, fasilitasnya ditambah. Sebagai pelanggan kereta api sejak masa kuliah, tambahan fasilitas yang terasa betul adalah AC, lainnya tidak. Apakah itu menjadi alasan PT KAI menaikkan harga tiket sedemikian tingginya?" kata Nana.

"Selain itu, soal makanan. Dulu penumpang mendapatkan makan, tetapi kini tidak lagi. Kalaupun ingin membeli makanan sering kali habis. Tawaran makanan khas daerah yang dilewati pun seolah mitos, sering kali tidak ada," dia menambahkan.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno sudah menyadari mahalnya tiket kereta api yang bikin resah traveler. Dia berencana untuk membicarakannya dengan Menteri Perhubungan soal tarif kereta api dan transportasi umum lainnya.

"Ya, tiket kereta api terasa mahal. Malah, bukan hanya tiket kereta api yang mahal. Faktanya, kini perjalanan wisata 80 persen menggunakan kendaraan pribadi. Ini harus diberikan solusi. Saya akan berkomunikasi dengan Kementerian Perhubungan, PT KAi, dan stake holder terkait agar bisa meningkatkan keamanan dan kenyamanan, serta valuenya," kata Sandiaga kepada media dalam Weekly Press Briefing, dan dikutip Rabu (11/1/2023).

"Salah satu solusi yakni dengan peningkatan pelayanan, jumlah ketersediaan kursi dan layanan transportasi, terutama untuk destinasi unggulan. Setelah peak season ini, perlahan pergerakan ini lebih terpetakan, jadi kita bisa bekerja sama untuk menambah jumlah ketersediaan kursi sehingga bisa menurunkan tarif yang dibebankan kepada traveler," kata Sandiaga.




Simak Video "Emak-emak Nekat Terobos Palang Rel, Jatuh Sesaat Sebelum Kereta Lewat"
[Gambas:Video 20detik]
(fem/fem)
BERITA TERKAIT
BACA JUGA