Banyak kebaruan yang ditawarkan Dubai demi bisa bersaing dengan negara Teluk lainnya untuk menggaet turis asing. Salah satunya adalah penurunan pajak minuman alkohol.
Sepanjang tahun 2022, dari Januari hingga November 2022 Dubai kedatangan hampir 13 juta turis internasional. Dubai datang dari seluruh dunia untuk berjemur di pantai berpasir, berbelanja di mal mewah, makan di restoran kelas dunia, dan bahkan ke minum di banyak bar kota. Bukan Dubai namanya kalau tak menghadirkan kemewahan.
Terlepas dari Dubai tujuan populer diantara negara Teluk, pembatasan alkohol ternyata membuat turis 'merasa kurang' menikmati hingar bingar Dubai. Bisa dikatakan sulit untuk mendapatkan alkohol di sana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari CNN, Jumat (13/1/2023) pada 1 Januari 2023, Dubai mengumumkan akan menurunkan pajak minuman beralkohol 30%, serta biaya yang sebelumnya harus dibayar turis dan ekspatriat untuk lisensi membeli alkohol dari toko untuk diminum secara pribadi. Lisensi masih dibatasi untuk non-Muslim di atas usia 21 tahun.
Ini adalah perubahan yang signifikan bagi penduduk dan turis, walau minum di tempat umum masih ilegal, seperti taman, pantai, atau mal. Bila kamu mabuk, tidak tertib atau mengemudi di bawah pengaruh alkohol dapat dikenakan denda atau di penjara.
Langkah tersebut dilakukan saat Dubai menghadapi persaingan yang semakin ketat dari tetangganya, khususnya Arab Saudi yang bekerja keras untuk meningkatkan sektor pariwisatanya. Secara historis, Dubai telah berhasil menarik lebih banyak turis daripada negara-negara Teluk lainnya, sebagian berkat pendekatan peraturan yang lebih liberal yang dikenakan pada pengunjung.
Menurut data dari Dewan Perjalanan dan Pariwisata Dunia, pada tahun 2022, pengunjung internasional menghabiskan lebih dari USD 29 miliar di Dubai.
"Dubai menjadi magnet pariwisata global saat pajak diterapkan, karena begitu banyak yang ditawarkan kepada wisatawan sehingga harga alkohol tidak pernah menjadi halangan," kata Magdalena Karolak, profesor asosiasi Humaniora dan Ilmu Sosial di sebuah universitas di United Arab Emirat.
Menurut Karolak, aturan baru itu sejalan dengan perubahan sosial lain yang diterapkan dalam beberapa tahun terakhir. Termasuk pergeseran ke akhir pekan Sabtu-Minggu (yang sebelumnya pada hari Jumat dan Sabtu), gerai makanan diizinkan untuk melanjutkan layanan pada siang hari sepanjang bulan suci Ramadhan (dengan pembatasan yang dikurangi secara signifikan) dan pembuatan undang-undang keluarga baru untuk penduduk ekspatriat non-muslim.
Undang-undang keluarga mulai berlaku pada bulan Februari dan memungkinkan ekspatriat untuk menangani masalah status pribadi (seperti perceraian, warisan, dan sengketa hak asuh) tanpa harus kembali ke negara asal mereka.
"Secara keseluruhan, perubahan sosial ini membuat Dubai menjadi kota yang menarik untuk kehadiran jangka panjang dan bukan hanya hotspot liburan jangka pendek," kata Karolak.
"Keputusan baru itu juga menghapus dokumen dan biaya yang diperlukan bagi warga untuk mengajukan izin minuman keras, yang patut diperhatikan." kata dia.
Halaman berikutnya >>> Imbas kepada warga lokal?
Efek Perubahan Dubai kepada Warga Lokal
Mungkin ada kerugian dari perubahan dengan dipangkasnya pajak miras. Karolak menunjukkan selama ada pembatasan alkohol berarti bahwa Dubai mengalami sedikit kejahatan terkait alkohol. Di antaranya, mengemudi di bawah pengaruh alkohol dan perilaku tidak tertib.
Nah, jika aturan soal alkohol mulai dilonggarkan, bisa saja kasus kejahatan terkait alkohol akan bertambah.
Tidak jelas apakah aturan baru itu akan permanen. Karolak mengatakan perubahan itu akan dilakukan berdasarkan uji coba hingga akhir 2023.
Samantha Wood, pendiri situs ulasan restoran FooDiva.net yang berbasis di Dubai, percaya bahwa inisiatif baru ini akan menjadi"dorongan yang luar biasa untuk sektor pariwisata Dubai.
"Kami telah melihat distributor alkohol menurunkan harga mereka hingga 30% untuk perdagangan dan eceran," kata Wood kepada CNN.
"Konsumen, tentu saja, mengharapkan restoran untuk mengikuti dan menurunkan harga pada daftar minuman beralkohol mereka dengan jumlah yang sama setelah pesanan untuk stok baru masuk," kata dia.
Tapi, dia memprediksi tidak semua restoran akan mencerminkan potongan pajak penuh pada harga mereka.
"Saya khawatir banyak restoran akan menggunakan kesempatan ini untuk meminimalkan dampak kenaikan biaya dan inflasi lainnya, termasuk kedatangan pajak perusahaan yang tertunda," dia menjelaskan.
Baca juga: 10 Kota Terbaik di Dunia, Nggak Ada Jakarta |
Simak Video "Video: Cokelat Rambut Nenek Saingan Cokelat Dubai"
[Gambas:Video 20detik]
(sym/fem)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum