Suku Baduy terbagi menjadi dua, Baduy Luar dan Baduy Dalam. Baduy Luar lebih leluasa mengikuti perkembangan zaman.
Apa yang terlintas dibenak traveler saat mendengar Suku Baduy? Biasanya gambaran desa adat asri tanpa sentuhan teknologi yang akan terlintas.
Tim detikTravel datang ke Desa Kanekes, Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten beberapa waktu lalu. Bertepatan dengan Upacara Kawalu, tim hanya bisa masuk sampai kampung Baduy Luar saja.
Tak hanya kunjungan biasa, detikTravel berkesempatan untuk menginap dan merasakan secuil keseharian orang Baduy Luar. Kunjungan detikTravel ke Baduy ini merupakan bagian dari Trip Lintas Banten-Jawa Barat yang dilakukan detikcom dengan NEW MG HS.
Di tengah canggihnya teknologi, orang-orang Baduy Dalam masih hidup dengan menjaga adat dan tradisi. Mereka berjalan tanpa alas kaki, tidak menggunakan listrik, juga tidak memakai HP.
Semua dilakoni penduduk seolah itu adalah hal biasa. Mereka menjalaninya dengan sepenuh hati.
Tetapi, tidak semua warga Baduy tidak memakai sandal dan memakai HP. Warga Baduy bisa memanfaatkan semua itu, tetapi ada syaratnya. Mereka harus keluar dari Baduy Dalam. Mereka masuk ke Baduy Luar.
Warga Baduy Luar diperbolehkan untuk memakai alas kaki, boleh memiliki smartphone, dan bahkan memiliki akun di toko elektronik dan berjualan di sana.
Namun kendati sudah berada di Baduy Luar, mereka, seperti Baduy Dalam, terikat adat. Mereka tetap menolak masuknya listrik dan memilih pergi ke desa luar untuk mengisi daya ponsel.
"Kenapa Baduy bisa bertahan, sebenarnya karena tidak ada hukuman bagi penduduk yang melanggar. Kami hanya mengenal hukum karma," kata Kepala Desa Kanekes Saija.
Saija mencontohkan jika ada orang Baduy yang ketahuan mencuri maka pertimbangan akan lebih berat ke korban. Mereka akan menempuh jalur mufakat dan berdamai.
"Nanti dibereskan dengan upacara tertentu, ibaratnya dibersihkan lagi," ujarnya.
Ketetapan untuk menjaga adat istiadat ini berasal dari hati penduduk. Mereka mulai sadar bahwa teknologi itu perlu, asalkan tahu batasannya.
Sebut saja Mursid, penduduk Baduy Luar yang memilih untuk keluar dari Baduy Dalam. Selain memiliki mata pencarian dengan berladang, dia juga jualan dan memandu wisawatan yang datang. Dia juga memakai ponsel.
Mursid pun tidak minder, ragu, atau canggung saat berbincang dengan wisatawan. Dia sangat supel dan tidak terbebani dengan adat istiadat.
"Di perkembangan zaman ini dua-duanya harus jalan. Adat jalan, perkembangan zaman juga ngikutin," kata Mursid.
Baca juga: Hitam dan Putih Baduy Sang Penjaga Adat |
(bnl/fem)