Arab Saudi Mau Bangun Mukaab yang Mirip Ka'bah, Dunia: Sanggupkah?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Arab Saudi Mau Bangun Mukaab yang Mirip Ka'bah, Dunia: Sanggupkah?

Femi Diah - detikTravel
Rabu, 22 Feb 2023 05:01 WIB
Mukaab kota kubus mirip Kabah
Foto: Newmurabba.com
Jakarta -

Arab Saudi bikin geger warga dunia dengan rencana menyulap Riyadh menjadi kota futuristik. Komplet dengan Mukaab yang disebut-sebut sebagai Ka'bah modern. Sanggupkah?

Rencana pembangunan Riyadh baru dengan Mukaab itu dipelopori oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS). Pembangunan itu merupakan proyek "Murabba Baru" (alun-alun baru).

Dari video yang dirilis, Riyadh baru nantinya jauh berbeda. Menjadi lebih luas, lebih modern. Ibu kota diperluas sekitar 19 kilometer persegi dengan perkiraan dapat menampung ratusan ribu penduduk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jantung dari proyek itu adalah Mukaab, sebuah kubus setinggi 400 meter (1.312 kaki), lebar 400 meter, dan panjang 400 meter yang cukup besar untuk memuat 20 bangunan Empire State, pencakar langit berlantai 102 di Midtown Manhattan, New York City.

Proyek itu dijalankan dengan menggunakan Dana Investasi Publik (PIF), dana kekayaan negara senilai USD 620 miliar. Pelaksanaan proyek di dipimpin langsung oleh MBS. Proyek ini dijadwalkan selesai pada 2030.

ADVERTISEMENT

"Dulu, kalian melihat Arab Saudi secara negatif. Sebuah negara yang berafiliasi dengan pelanggaran hak asasi manusia," kata Andreas Krieg, peneliti di Institut Studi Timur Tengah King's College London, seperti dikutip CNN.

"Tapi, sekarang mereka mencoba menawarkan narasi baru untuk menjadi negara pembangunan dan negara yang dapat membangun kota-kota futuristik," dia menambahkan.

Tujuannya, untuk menggaet lebih banyak wisatawan dari negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Selama ini, Arab Saudi bergantung kepada traveler muslim yang datang untuk umrah atau naik haji.

Tetapi, rencana itu dinilai terlalu ambisius. Riyadh memiliki pesaing berat di Timur Tengah. Dua negara yang sudah lebih dulu menyadari potensi cuan besar dari wisata adalah Dubai dan Doha.

"Menjadi yang kedua dalam lomba selalu merupakan tempat yang sulit untuk memulai ketika Anda ingin menjadi pemimpin," kata Simon Henderson, direktur program Kebijakan Teluk dan Energi di The Washington Institute.

Dia menambahkan bahwa sangat sulit bagi Arab Saudi untuk melewati popularitas Doha dan Dubai. Sebab, Saudi terlalu identik sebagai destinasi wisata liburan muslim. Selain itu, Saudi telah menghabiskan waktu puluhan tahun untuk tidak menarik pengunjung asing non-Muslim.

"Semakin absurd dan futuristik proyek-proyek ini, semakin saya tidak bisa tidak membayangkan betapa lebih banyak distopia yang mengelilinginya," tulis Dana Ahmed, seorang peneliti Teluk di Amnesty International, di Twitter.




(fem/fem)

Hide Ads