Bukan Cuma Turis Rusia yang Meresahkan, Wisatawan Ukraina Sama Saja

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Bukan Cuma Turis Rusia yang Meresahkan, Wisatawan Ukraina Sama Saja

Femi Diah - detikTravel
Jumat, 10 Mar 2023 05:31 WIB
Sejumlah turis asing mengendarai sepeda motor tanpa mengenakan helm di Jalan Sunset Road, Kuta, Badung, Bali, Selasa (28/2/2023). Beberapa waktu terakhir,  warganet ramai membahas oknum turis asing yang berulah dan berkelakuan buruk di Bali. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/rwa.
Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Jakarta -

Turis Rusia di Bali dilaporkan dengan beragam masalah, mulai dari menjajah pekerjaan warga lokal sampai ugal-ugalan di jalan raya. Rupanya, turis asal Ukraina sama saja.

Menurut data Dinas Pariwisata Bali, WNA jumlah WNA Rusia dan Ukraina yang berkunjung ke Bali sejak 2022 sampai Januari 2023 ini sebanyak 90.833 orang. Sebagian dari mereka tidak hanya berwisata, tetapi malah bekerja secara ilegal, sudah begitu berulah menjengkelkan.

Kenakalan turis-turis Rusia dan Ukraina itu terekam di jalan raya. Merujuk laporan data yang disampaikan Polda Bali terlihat turis asal Ukraina dan Rusia yang paling banyak melanggar lalu lintas di Bali. Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi Bali, Tjok Bagus Pemayun, sampai mengatakan billboard atau spanduk peringatan akan dipasang dengan bahasa Rusia dan Ukraina selain bahasa Indonesia dan Inggris.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keberadaan mereka tengah disorot karena berbagai aksi yang bikin geleng-geleng kepala. Ketua Bali Tourism Board (BTB) Ida Bagus Agung Partha Adyana sudah menyampaikan keresahan itu sejak akhir Februari 2023. Dia berharap pemerintah segera membatasi jumlah kunjungan wisatawan dari dua negara itu. Dia menilai turis-turis dari Rusia dan Ukraina itu bukan liburan ke Bali, tetapi mencari kerja tetapi dengan visa turis.

ADVERTISEMENT

Faktanya, turis-turis Rusia dan Ukraina terekam kamera berulah macam-macam. Mereka bahkan memiliki persewaan motor tetapi tidak terdaftar secara resmi. Mereka juga menjadi instruktur surfing, fotografer, kerja di salon, juga berjualan sayur.

Salah satu fotografer lokal Anak Agung Sony menyebut sudah melaporkan kelakuan turis-turis Rusia dan Ukraina itu jauh sebelum pandemi.

"Saya sudah melaporkan sejak lama, tetapi tidak mendapatkan respons apapun dari yang berwenang. Dan, semua yang sedang ramai saat ini, turis Rusia dan Ukraina, itu memang benar terjadi," kata Sony dalam perbincangan dengan detikTravel.

"Sebetulnya, bule-bule Rusia dan Ukraina yang melakukan pekerjaan warga lokal itu sudah ada sejak sebelum Corona, cuma kini semakin dibicarakan karena ulah mereka semakin keterlaluan dan media sosial merekamnya. Termasuk, memakai pelat nopol palsu, Bukan sekarang saja," ujar Sony.

"Bahkan, pekerjaan yang diserobot oleh turis Rusia itu bukan hanya fotografer, tetapi dari properti sampai yang jasa pijat mereka lakukan," dia menjelaskan.

Bukan karena Perang Rusia vs Ukraina

Sony berpendapat makin meningkatnya kedatangan turis Rusia dan Ukraina di Bali bukan karena perang antara dua negara itu. Turis-turis Rusia dan Ukraina itu sampai di Bali justru adalah mereka yang memang sudah berada di Asia Tenggara sebagai tempat tinggal.

"Imbas perang Rusia dan Ukraina pasti ada. Bisa jadi mereka menghindari wajib militer di Rusia, tetapi jumlahnya tidak banyak. Sebab, sebelum pandemi tipikal turis-turis yang menyalahgunakan visa wisata ini sudah menggila," kata Sony.

"Mereka ini adalah turis-turis yang pindah dari Thailand. Di sana mereka melakukan aksi serupa, datang dengan visa turis tetapi kemudian bekerja secara ilegal. Nah, saat ini Thailand sudah bersih-bersih dari turis seperti ini makanya mereka lari ke Bali. Syarat masuk Bali lebih mudah, tinggal bikin visa on Arrival (VoA), yang tidak mahal pula, mereka bisa tinggal 30 hari. Saat habis mereka bisa ke Malaysia dulu atau negara tetangga RI lainnya kemudian kembali masuk sini," dia membeberkan.

"Di Thailand mereka diusir dan lari ke Bali. Nah, di Bali ini terlalu welcome kepada turis asing," ujar Sony lagi.

Manfaatkan Kesamaan Bahasa

Sony menyebut turis-turis Rusia itu bekerja ilegal di Bali setelah mereka melihat peluang masuknya wisatawan Rusia dan negara-negara pecahan Uni Soviet lainnya ke Bali. Kesamaan bahasa membuat mereka bisa menggaet kompatriot mereka sebagai tamu. Mulai dari menjadi fotografer, guide wisata, les naik sepeda motor, hingga rental motor.

"Turis yang berbahasa Rusia itu kan banyak, dari Belarusia, Kazakhstan, Uzbekistan, Lithuania, dll itu, ketika mereka ke sini dan bahasa Inggris mereka terbatas maka ketika ada orang Rusia yang ada di Bali lebih dulu, maka mereka merasa dimudahkan. Dari situ muncullah turis Rusia yang menjadi guide," Sony menjelaskan.

Turis Ukraina Dinilai Lebih Nakal

Dari pengamatan Sony, turis-turis Ukraina itu lebih nakal dan saat bikin ulah lebih menjengkelkan. Sama seperti turis Rusia, mereka juga menyerobot pekerjaan warga lokal, menjadi guide, fotografer, sampai menyediakan jasa pijat.

Turis-turis Ukraina itu berkomunikasi dengan bahasa Rusia.

"Nah, karena mereka berkomunikasi dengan bahasa Rusia maka warga pun menyamaratakan bahwa turis nakal itu ya turis Rusia. Padahal, turis-turis Rusia dan Ukraina di sini tidak akur. Turis Ukraina merasa lebih aman karena kalau pun mereka nakal maka yang mendapatkan stigma buruk adalah turis Rusia. Ibaratnya, perang di negara Ukraina itu atmosfernya sampai di sini, di antara turis Rusia dan Ukraina itu," Sony menjelaskan.

***

Sony menyebut sejatinya dia tidak khawatir dengan munculnya fotografer asing di Bali, termasuk dari Rusia dan Ukraina itu. Tetapi, dia meminta agar turis-turis asing itu tidak menyalahgunakan visa wisata untuk bekerja di Bali.

"Secara umum kelakuan mereka sangat mengganggu karena banyak pekerjaan yang bisa dilakukan orang lokal, karena keterbatasan komunikasi, kemudian diambil alih oleh turis Rusia dan Ukraina itu. Padahal, mereka datang ke Bali sebagai wisatawan, bukan dengan visa kerja," kata Sony.

"Secara khusus sebagai fotografer, saya tidak keberatan andai mereka juga bekerja sebagai fotografer di sini. Silakan bekerja di sini, asalkan mereka mengurus surat kerja. Sebab, kita bayar pajak, ada kontribusi buat pemerintah. Jangan asal menyerobot pekerjaan. Mereka harus memiliki ijin dan bekerja sesuai dengan regulasi pemerintah," dia menegaskan.




(iah/fem)

Hide Ads