Sebuah penelitian menunjukkan kuman bersin dan jejak ingus ada di Gunung Everest. Sebuah fakta yang amat mengejutkan.
Setiap tahun, ratusan pendaki Gunung Everest memilih jalur South Col. Di sini pula, tim peneliti, yang dipimpin oleh ahli ekologi mikroba, Nicholas Dragone dari Universitas Colorado Boulder, mengumpulkan sampel tanah yang ada di ketinggian 2,407 meter di atas permukaan laut (mdpL) dalam sebuah ekspedisi bertajuk National Geographic dan Rolex Perpetual Planet 2019.
"Ada jejak manusia yang membeku di bioma mikro Everest, pada ketinggian itu," kata penulis senior Steven Schmidt, ahli ekologi mikroba dalam tim Dragone seperti dikutip Science Alert.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat orang membuang ingus atau batuk, bioma mikro seperti itulah yang mungkin muncul," dia menambahkan.
Penelitian tersebut membuat ilmuwan kebingungan. Sebabnya, dua jenis bakteri tersebut biasa hidup pada lingkungan basah dan lembab, tetapi ternyata mereka bisa tertahan berabad-abad pada kondisi ekstrem, dingin, dan kering.
"Jika kami mengambil sampel di tempat yang banyak dimanfaatkan manusia di gunung, seperti di tempat kemping, kemungkinan sampel mikroba yang kami dapatkan bisa lebih banyak," kata yang lain.
Angka tersebut bisa bertambah seiring bertambahnya jumlah pendaki ke Everest setelah pandemi COVID-19. Ditambah dengan suhu udara yang menghangat 0,33 derajat Celcius per dekade dapat membuat bakteri yang sebelumnya tidak aktif, menjadi lebih aktif di masa depan.
Meski perkembangan kuman tidak akan berdampak buruk pada Everest, tapi itu berpotensi membuat mikroba dapat berkembang di kondisi yang tidak seharusnya.
Baca juga: Nepal Emoh Didatangi Pendaki-Solo Traveler |
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Study Tour Dilarang, Bus Pariwisata Tak Ada yang Sewa, Karyawan Merana
Penumpang Pria yang Bawa Koper saat Evakuasi Pesawat Dirujak Netizen
Suhu Bromo Kian Menggigit di Puncak Kemarau