Danau Toba Destinasi Superprioritas tapi Warlok Belum Prioritas

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Danau Toba Destinasi Superprioritas tapi Warlok Belum Prioritas

Putu Intan - detikTravel
Kamis, 27 Apr 2023 14:05 WIB
Danau Toba
Danau Toba. Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom
Jakarta -

Danau Toba termasuk salah satu dari lima destinasi superprioritas. Sayangnya, masyarakat lokal masih banyak yang jadi penonton, bukan pelaku.

Danau Toba dikenal memiliki alam yang indah. Danau vulkanik terluas di dunia ini menawarkan pemandangan air yang luas mirip laut namun diapit perbukitan hijau yang memanjakan mata. Udara yang sejuk juga membuat wisatawan betah berlama-lama di sana.

Dengan segala potensi alam yang dimilikinya, pantas saja bila pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menetapkan Danau Toba sebagai Destinasi Superprioritas. Dengan penetapan tersebut, pembangunan dan promosi pariwisata di Danau Toba terus digenjot.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terbaru, Danau Toba menjadi tempat diselenggarakannya ajang balap perahu super cepat kelas dunia, F1 Powerboat (F1H2O). Perlombaan yang diselenggarakan pada 24-26 Februari 2023 itu begitu dibanggakan pemerintah. Hanya saja, menurut penuturan warga lokal, masyarakat di sana juga tidak familiar dengan acara tersebut.

"Kalau kita mau meningkatkan pariwisata tidak semata-mata harus event internasional. Apalagi event ini tidak familiar dengan orang Danau Toba, bahkan orang Indonesia," kata aktivis lingkungan Danau Toba, Togu Simorangkir, kepada detikTravel saat ditemui Februari lalu.

ADVERTISEMENT

Togu mengatakan adanya event internasional memang sangat potensial untuk menggerakkan ekonomi. Hanya saja, penyelenggaraan event yang terkesan dadakan dan tidak dikenal masyarakat membuat potensi itu tidak maksimal.

"Pemerintah masih sering top-down. Harusnya jauh-jauh hari sebelum event, ada baiknya dikomunikasikan dengan masyarakat. Apa kelebihan dan kekurangannya. Jangan ujug-ujug event internasional," kata dia.

"Dirangkul lah, masyarakat itu harus menjadi pelaku bukan penonton," kata dia lagi.

Di samping itu, Togu juga mengatakan bahwa pembangunan hotel dan resor yang masif di Danau Toba kurang berpihak pada rakyat di sekitar danau itu sendiri. Kondisi geografis Danau Toba yang subur, menjadikan tempat ini sebagai lahan yang cocok untuk bertani. Maka tak heran, banyak orang Danau Toba yang bekerja sebagai petani namun seperti dianaktirikan.

"Kalau pemerintah mau duduk dengan masyarakat, tidak harus mengubah masyarakat petani menjadi pelaku wisata. Potensi Danau Toba itu sebenarnya pertanian tapi kenapa tidak itu yang diprioritaskan?" katanya.

"Kalau pertanian bagus, masyarakat sejahtera dan bisa mensuplai hotel dan restoran sekitar Danau Toba. Mereka juga bisa jadi objek wisata sendiri, misalnya petik jeruk atau stroberi. Jadi jangan infrastruktur melulu yang dibangun, budaya dan pertanian juga bisa menghasilkan kalau dijual," ia memaparkan.

Lebih lanjut, Togu berharap Danau Toba yang eksis saat ini dapat memberikan manfaat yang maksimal untuk masyarakat di sana. Jangan sampai, dengan berkembangnya pariwisata di Danau Toba, lingkungan semakin rusak dan masyarakat tak dapat apa-apa.

"Membangun Danau Toba tidak semata-mata investasi mendatangkan investor tapi bagaimana masyarakat lokal juga menjadi pelaku utama. Segala sesuatu itu dikomunikasikan dan apa yang mereka inginkan difasilitasi negara," kata dia.




(pin/fem)

Hide Ads