Bila berlibur di Danau Toba, traveler akan dengan mudah menemukan Rumah Batak. Rumah tradisional itu gagah dan indah berhiaskan gorga.
Gorga merupakan ukiran yang menjadi ciri khas dalam kebudayaan Batak. Gorga umumnya dapat dengan mudah traveler jumpai di Rumah Batak yang sudah berdiri puluhan hingga ratusan tahun.
Bukan sekadar ukiran, gorga rupanya dibuat dengan makna tertentu. Untuk mengetahui lebih banyak soal gorga, detikTravel menemui pembuat gorga ternama yang tinggal di Desa Pardolok Lumban Lobu, Kecamatan Bonatualunasi, Kabupaten Toba, Sumatera Utara pada medio Februari 2023.
Pembuat gorga (penggorga) itu adalah Jesral Tambun. Datang ke kediamannya yang asri di tengah hutan, kami disambut dengan ramah. Kami bahkan diajak melihat langsung proses pembuatan gorga di bengkelnya yang berjarak sekitar 30 meter dari rumahnya.
Di sana, pria berambut gondrong itu tampak luwes mengukir kayu undi. Tangannya tampak begitu terampil membentuk kayu itu menjadi dekorasi apik.
Maklum saja, pria kelahiran 1991 itu sudah menggorga sejak 2007. Boleh dibilang, dia sudah 16 tahun belajar membuat gorga (menggorga).
"Artian umum gorga itu dekorasi, hiasan, ornamen. Tapi gorga ini menggambarkan cerita dari pemiliknya," kata Jesral.
Jesral membeberkan, gorga punya filosofi penting buat orang Batak. Melalui gorga ini, cerita pemilik rumah diukir dan diabadikan. Maka dari itu, bentuk gorga bisa berbeda-beda karena setiap pemilik Rumah Batak punya kisahnya sendiri.
Sebagai penggorga, Jesral harus peka terhadap karakter orang yang memesan gorga padanya. Ia juga harus bisa menuangkan cerita setiap orang dalam ukiran gorga. Misalnya, pemilik rumah yang memiliki banyak kerbau, ukiran gorganya pasti bertema kerbau.
"Cerita orang itu harus saya rangkai. Terkadang yang memakan waktu itu ketika silisah keluarganya panjang," kata dia.
Meski akan dibuat berbeda-beda, Jesral menjelaskan setidaknya ada sejumlah jenis gorga yang dikenal orang Batak. Mereka adalah gorga ipon-ipon, gorga simarogung-ogung, gorga singa-singa, gorga boras pati, gorga adop-adop, gorga ulu paung, dan lain-lain.
Dari semua jenis itu, ada 3 warna utama yang pasti digunakan untuk seluruh gorga. Ketiga warna itu adalah putih, merah, dan hitam.
"Putih artinya kesucian. Merah artinya keberanian. Hitam artinya kekuatan batin. Jadi yang diharapkan orang Batak dari warna itu, kita harus berani dengan jiwa yang teguh menghasilkan kebaikan," kata dia.
Karena bukan ukiran sembarangan, membuat gorga juga memakan waktu lama. "Membuat gorga untuk satu Rumah Batak bisa sampai tujuh bulan," ujarnya.
Dari penjelasan Jesral, dapat dibayangkan bahwa membuat gorga bukanlah perkara mudah. Apalagi masih ada saja segelintir orang yang mencibir profesinya karena dinilai tidak sesuai standar di masyarakat.
"Dulu orang menganggap sepele. Sekarang juga masih dianggap sepele. Dulu memang orang tidak menganggap gorga sebagai profesi. Keluarga tidak ada yang mendukung aku sebagai penggorga, yang dianggap orang zaman dulu kan pekerjaan yang berjas," ia berseloroh.
Namun Jesral sanggup membuktikan bahwa dengan menggorga ia dapat menorehkan prestasi, salah satunya desain gorganya digunakan untuk medali Virtual Series Duathlon Toba 2020. Dia juga dapat menghidupi keluarganya dari menggorga.
"Syukur-syukur sekarang bisa mengidupi keluarga dari menggorga. Bisa lebih banyak orang yang ku kenal dan lebih dikenal jadi bisa dihargai dari kualitas gorga yang aku buat," kata dia.
Dengan menjadi penggorga, Jesral juga mengaku bahagia. Ini merupakan dedikasinya untuk para leluhur Batak yang lebih dahulu membuat gorga.
"Ku syukuri aku bisa menggorga. Bisa menggenerasikan dan bisa mempertahankan ilmu dari opung, dari nenek moyang," kata dia.
Simak Video "Jelajah Sumatera, Rendang dan Gorga Sejarah Sukma Sumatera"
(pin/fem)