Canggih! Kini Belanja Oleh-oleh di Baduy Bisa Cashless

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Canggih! Kini Belanja Oleh-oleh di Baduy Bisa Cashless

Bahtiar Rivai - detikTravel
Rabu, 24 Mei 2023 13:05 WIB
Belanja UMKM di Baduy Pakai Cashless
Elas, pelaku UMKM Baduy yang menggunakan QRIS BRI (Foto: Bahtiar Rifai/ Detikcom)
Serang - Berwisata ke Baduy rasanya belum tuntas jika tidak membeli buah tangan khas warga setempat. Kini, traveler bisa berbelanja secara cashless di Baduy. Canggih!

Masyarakat adat yang menetap di ujung paling selatan Provinsi Banten itu memiliki banyak produk unggulan. Dari mulai kopi, kain, ikat kepala, atau duren Baduy yang manisnya bukan kepalang.

Begitu memasuki kawasan Baduy, traveler biasanya disambut oleh patung selamat datang di Desa Ciboleger. Tangga menanjak seratus meter untuk memasuki kawasan adat, riuh oleh kios pedagang produk UMKM di kanan dan kiri. Selangkah kemudian, adalah kawasan yang disebut tanah adat Desa Kanekes atau Baduy.

Warga Baduy yang tinggal persis depan pintu masuk Desa Kanekes ini rata-rata adalah pelaku UMKM. Berbagai produk dipamerkan di depan rumah atau sekedar diletakan di teras bambu. Kain, madu, ikat kepala atau kalung dan gelang-gelangan dipajang di depan rumah mereka.

Selain produk dan kerajinan tangan Baduy, ada yang mencolok mata berupa kode serangkaian barcode yang disebut QRIS. Barcode itu disimpan rapih depan masing-masing kios beserta nama pemiliknya.

Belanja UMKM di Baduy Pakai CashlessTugu selamat datang di Desa Ciboleger, pintu masuk ke Baduy (Foto: Bahtiar Rifa'i/Detikcom)

Salah satu warga Baduy yang menggunakan QRIS adalah Elas. Baduy yang sehari-hari berjualan kain, jahe merah, gula aren dan lain sebagainya. Ia menampik anggapan bahwa Baduy kampungan dan buta huruf. Di tangannya, handphone pintar ia gunakan untuk transaksi digital.

"Atu rata-rata bisa macamah, kan anu enggues barogaeun HP mah bisa maca (Rata-rata kalau baca sudah bisa, kan kalau sudah punya handphone sudah bisa baca)," kata Elas ke detikcom di depan kiosnya, Selasa (25/5/2023).

Elas mengatakan handphone itu bukan hanya untuk internetan. Itu juga digunakan untuk jualan secara online. Meskipun jualan itu tidak laku-laku amat karena pembeli lebih banyak datang ke tempatnya.

"Heeh (iya), jualan. Tapi eweuh nu meuli, aya di Shopee aya di Ladara (Tapi nggak ada yang beli, ada di Shopee sama di Ladara)," tambahnya.

Soal QRIS, Elas juga tidak canggung saat detikcom membeli beberapa buah tangan. Gula aren pesanan detikcom yang sekilo 8 ribu saja oleh Elas dilayani secara digital. QRIS yang ia gunakan, adalah QRIS dari BRI sama dengan QRIS milik warga Baduy lainnya.

"Atu geus lila pake QRIS, ti BRI, di dieu mah BRI kabeh (Sudah lama pake QRIS, dari BRI, di sini semuanya BRI)," tambahnya.

Penggunaan QRIS ini kata Elas adalah keniscayaan. Para traveler yang datang kadang tidak cukup uang cash sehingga mesti membayar secara digital. Paling banyak, mereka yang datang dari kota-kota di luar Lebak dan datang di musim liburan.

"Loba, aya bae unggal poemah (banyak, ada saja setiap hari mah)," ujarnya.

Belanja UMKM di Baduy Pakai CashlessAsmun warga Baduy yang juga pengguna QRIS BRI (Foto: Bahtiar Rifa'i/Detikcom)

Apa yang dikatakan oleh Elas dibenarkan oleh pedagang Baduy lain bernama Asmun. Sebagaimana pedagang di Baduy lain, ia juga berdagang aneka produk UMKM Baduy. Ada kain termasuk kopi.

"Enya, BRI kabeh di dieu mah, di dieu kan dipangjieunkeun kabeh ku BRI gratis (Iya, BRI semua di sini, di sini kan dibuatkan semua sama BRI, gratis)," kata Asmun ke detikcom.

Di rumah Asmun juga ada QRIS BRI yang tergantung di teras bambunya. Dua akun QRIS sekaligus punya ia dan istrinya demi melayani pelanggan secara cashless. Bahkan, saat musim durian, pembayaran cashless pake QRIS ke rumahnya hingga Rp 5 jutaan.

"Kalau musim kemarin musim duren hampir Rp 5 jutaan, beli di sini makan di sini," ujarnya.

Meski dibayar secara digital, Asmun sendiri tidak khawatir soal pengambilan uangnya. Di Desa Ciboleger dekat kawasan Baduy, katanya sudah ada ATM dan agen BRIlink milik BRI.

"Ngerti lah (pakai QRIS), pas dicek udah ada, kan ngambil di hendep (di bawah) di agen, aya ATM juga di Alfa," ujarnya.

Detikcom kemudian bertanya ke Manajer Bisnis Konsumer BRI Kantor Cabang Lebak Adysta Aprianto di Kantor Cabang BRI Rangkasbitung. Menurutnya, rangkaian literasi digital di Baduy dilakukan melalui serangkaian pendekatan yang panjang. Pendekatan mereka berhasil dilakukan di warga adat sana.

BRI katanya melakukan pendekatan awal ke kepala desa adat. Izin itu diberikan lalu melakukan pendekatan dengan bertahap ke pelaku UMKM orang per orang. Di Baduy, ada kira-kira 200 hingga 250 pelaku UMKM. Dan pengguna QRIS BRI, saat ini sudah mencapai 172 UMKM.

"Sekarang sudah 172 QRIS terpasang di sana," kata Adysta ditemui detikcom terpisah.

Ia menambahkan, 172 QRIS ini seluruhnya dipakai di sepanjang pintu gerbang Baduy hingga ke Kampung Kadu Ketug. Kampung itu adalah daerah terakhir sebelum masuk ke Baduy Dalam di mana handphone dan yang serba digital dilarang adat.

"Singkat cerita akuisisi ini berjalan, tiga tahap terkumpul 172 QRIS atau rekening yang ada di sana. Itu dari mulai pintu gerbang sampai Kadu Ketug III," ujarnya.


(wsw/wsw)

Hide Ads