Bantahan Lengkap Imigrasi Soal Pemerasan Rp 15 Juta Kepada Turis Aussie

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Bantahan Lengkap Imigrasi Soal Pemerasan Rp 15 Juta Kepada Turis Aussie

Tim detikBali - detikTravel
Jumat, 14 Jul 2023 13:35 WIB
Turis Australia Mulai Batalkan Kunjungan, Pariwisata Bali Desak RKUHP Dikaji Ulang
Foto: Turis Australia di Bali (ABC Australia)
Denpasar -

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Bali, Anggiat Napitupulu membantah keras klaim turis Aussie yang mengaku diperas Rp 15 juta oleh oknum Imigrasi.

Anggiat mengaku telah meminta keterangan dari tiga petugas Imigrasi yang memeriksa Monique Sutherland. Dia adalah warga negara (WN) Australia yang mengaku diperas AUD 1.500 atau sekitar Rp 15,2 juta oleh petugas Imigrasi di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali.

Menurutnya, ketiga petugas bandara tersebut menjamin tidak ada pemerasan. Ketiganya juga telah melakukan tanda tangan di atas materai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau petugas Imigrasi menyatakan nggak ada (pemerasan). Tidak ada. Bahkan, kami bisa melihat CCTV-nya. Tidak ada," jelasnya.

Meski begitu, Anggiat menegaskan masih mendalami pengakuan Sutherland yang menyebut diperas oleh petugas imigrasi bandara sebesar AUD 1.500 atau Rp 15,2 juta lantaran paspornya rusak.

ADVERTISEMENT

Kronologi Kejadian Menurut Turis Aussie

Monique Sutherland mengaku mendapat masalah ketika tiba di Bandara Ngurah Rai dari Melbourne, Australia. Dia digiring ke ruangan petugas Imigrasi ketika menyerahkan formulir biru. Formulir ini didapat dari maskapai penerbangan di Australia ketika check-in sebagai keterangan bahwa paspornya kotor.

"Saya ditanya apakah saya sendirian, dan apakah saya seorang traveler biasa, kemudian saya dibawa ke ruang interogasi kecil," kata Sutherland, Senin (10/7/2023).

"Para pejabat terus masuk dan keluar dan menanyai saya selama lebih dari satu jam," dia menambahkan.

Sutherland mengaku 'histeris dan ketakutan' saat para petugas tertawa dan berbicara dalam bahasa Indonesia. Lalu, petugas mengatakan dia terancam dideportasi. Gegaranya, Sutherland dinilai memasuki Indonesia dengan paspor yang rusak.

Sebuah solusi ditawarkan untuk tidak terbang pulang dan diizinkan tinggal. Syaratnya, dia harus membayar biaya AUD 1.500. Sutherland pun menolak karena paspornya tidak ada masalah dari negaranya dan bisa digunakan.

"Namun paspor saya benar-benar diterima dan sudah dicap untuk masuk visa, dan baru setelah saya menyerahkan formulir biru yang saya ambil," katanya.

Kemudian, petugas Imigrasi beralih menginterogasi ibunya dan mengatakan tidak akan mengembalikan paspor jika tidak membayar denda.

"Mereka mendekati ibu saya yang ketakutan dan meyakinkannya untuk membayar. Mereka juga mengatakan jika tidak membayar, saya tidak akan mendapatkan paspor saya kembali," katanya.

Mau tak mau, akhirnya mereka membayar denda yang diminta. Pasangan ibu dan anak itu pun dikawal keluar dari bandara tanpa interogasi lebih lanjut.

Sutherland Tidak Diancam

Anggiat menegaskan Sutherland dan ibunya tidak diancam deportasi saat diwawancara petugas. Mereka hanya menyampaikan konsekuensinya apabila paspor basah.

"Jadi, bukan ancaman. Disampaikan apa saja konsekuensinya. Kalau memang maskapai tidak tahu paspornya basah, maskapai tidak memberikan garansi bahwa mereka akan menanggung risikonya," urai Anggiat.

"Kamu akan pulang balik, deportasi. Bukan ancaman, disampaikan konsekuensinya. Oleh karena itu, maskapai juga dipanggil," sambung Anggiat.

Anggiat mengaku sudah mencoba menghubungi Sutherland melalui akun Twitter-nya maupun media sosial lainnya. Namun, hasilnya nihil.

Menurut Anggiat, penjelasan dari Sutherland diperlukan agar dapat menyimpulkan kejadian tersebut secara objektif.

"Itu yang perlu kami pendalaman lagi dan itu juga versinya petugas saya. Kami kan sebenarnya ingin komunikasi dengan yang bersangkutan (Sutherland dan ibunya), supaya lebih objektif. Sampai sekarang, kami belum berhasil berkomunikasi dengan dia (Sutherland). Media sosial kami text juga belum dijawab. Telepon yang ada di situ juga. Messenger juga tidak dijawab," tandas Anggiat.


--------

Artikel ini telah naik di detikBali.




(wsw/wsw)

Hide Ads