Turis China yang Ditunggu-tunggu Dunia, eh Malah 'Mengunci' Dompet

Syanti Mustika - detikTravel
Jumat, 28 Jul 2023 21:05 WIB
Ilustrasi menyambut turi China di Bali ( AP/Firdia Lisnawati)
Jakarta -

Semenjak diumumkannya pembukaan pembatasan China, pariwisata dunia seolah mendapat angin segar. Dunia sangat mengharapkan lonjakan turis China piknik ke negara mereka.

Namun, sepertinya ini hanyalah harapan kosong belaka. Buktinya, walau telah dibuka pembatasan di negaranya, warga China entah tak mau pergi, tak ada duit atau biaya pesawat yang mahal. Mereka sepertinya betah di dalam negeri saja.

Menurut laporan 'State of Travel 2023' dari Skift Research yang diterbitkan minggu lalu, penerbangan domestik China telah pulih seperti tahun 2019. Namun untuk internasional, masih kurang dari setengah tingkat pra-pandemi, turun hampir 5 juta kursi.

Kurangnya penerbangan yang terjangkau dan waktu tunggu yang berlarut-larut untuk visa perjalanan ke luar negeri telah memperlambat pemulihan keluar China.

"Namun, alasan lainnya adalah pariwisata domestik menang dalam prestise dan juga kualitas," kata Wolfgang Georg Arlt, pendiri dan kepala eksekutif Chinese Outbound Tourism Research Institute, dikutp dari CNBC, Jumat (28/7/2023).

"Untuk liburan kemarin, seperti festival balap Perahu Naga, level pariwisata domestik sudah kembali ke level 2019. Perjalanan keluar hanya kembali ke sekitar sepertiga dari level 2019 dalam hal jumlah perjalanan," tambahnya.

Perubahan minat turis China

Asia-Pasifik diprediksi menjadi yang paling beruntung dari pembukaan kembali perbatasan China. Namun menurut Reuters, jumlah pengunjung China ke Thailand, Singapura, Indonesia, dan Filipina turun setidaknya 60% pada Mei ini, dibandingkan dengan waktu yang sama pada 2019.

Sekarang, turis China mungkin ingin menjelajah ke luar wilayah tersebut.

Menurut sebuah survei oleh perusahaan penelitian intelijen Morning Consult, minat turis China untuk mengunjungi Eropa, Amerika Tengah, dan Antartika sedang meningkat. Juga dengan rencana untuk mengunjungi Timur Tengah dan Afrika Utara, yaitu Mesir, yang paling meningkat.

Namun, rencana perjalanan ke tempat lain, terutama Amerika Serikat, telah turun, menurut survei yang dirangkum dalam laporan yang diterbitkan oleh Morning Consult pada Juli. Hal ini terkait dalam dua hal yaitu kapasitas penerbangan dan geopolitik.

Turis China tak lagi royal

Pengeluaran perjalanan juga mengecewakan tahun ini, karena turis China 'memperketat dompet' mereka sementara pemulihan ekonomi negara pasca-Covid berharap kepada mereka.

"Orang China lebih berhati-hati dengan pengeluaran karena perlambatan ekonomi," kata Arlt.

Dalam laporan Skift, traveling menduduki peringkat 3 dalam daftar pengeluaran di mana wisatawan China mengalokasikan dana untuk makan di luar, kebugaran dan kesehatan. Namun hanya 8% responden mengatakan mereka berencana untuk melakukannya.

Rekor pengangguran yang tinggi di kalangan pemuda China sepertinya tidak membantu, karena milenial dan Gen Z di negara lain memimpin dalam pemesanan perjalanan internasional.

Masih ada keinginan untuk ke luar negeri

Meskipun tahun 2023 belum terwujud seperti yang diharapkan banyak industri wisata, jumlah turis China yang mengatakan ingin bepergian ke luar negeri meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun lalu. Angkanya naik dari 28% menjadi 52%, menurut Morning Consult.

Demikian pula, data perusahaan menunjukkan minat dalam perjalanan bisnis hampir tiga kali lipat, sementara rencana untuk pergi ke luar negeri untuk pendidikan, untuk melihat keluarga dan wisata medis, juga meningkat.

Ini mencerminkan laporan Skift, yang menunjukkan 50% wisatawan Tiongkok mengatakan bahwa mereka berencana melakukan perjalanan internasional dalam 12 bulan ke depan.



Simak Video " Kata Sandiaga Uno Soal Aksi Bunuh Diri Turis China di Batam"

(sym/wsw)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork