Museum MACAN menjadi salah satu museum favorit bagi wisatawan. Hal itu tak terlepas dari pengelolaan museum yang dilakukan dengan matang.
Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara (MACAN) kerapkali viral di media sosial. Museum ini viral karena banyak pengunjung yang datang lalu membagikan momen seru mereka selama berada di museum seni tersebut.
Melihat kepopuleran Museum MACAN, detikTravel pun membuktikan sendiri seberapa menyenangkan berada di museum ini. detikTravel berkunjung ke Museum MACAN pada awal Agustus 2023.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Saat itu, sedang berlangsung 3 pameran di Museum MACAN. Pameran itu adalah Isabel dan Alfredo Aquilizan judulnya Somewhere, Elsewhere, Nowhere. Lalu ada presentasi khusus Museum MACAN dari seniman Ai Weiwei dan pameran koleksi berjudul di sini, d.l.l.
Di sana, kami berkeliling museum sambil mendapatkan penjelasan mengenai koleksinya dari Asisten Kurator Museum MACAN, Aditya Lingga. Lingga menjelaskan koleksi-koleksi yang dipamerkan ini tentunya bukan karya seni sembarangan. Tim Museum MACAN melakukan kurasi terlebih dahulu sebelum memamerkan benda-benda tersebut.
"Karya harus diseleksi dengan cara sebaik mungkin dan tema yang kita angkat selalu bisa relatable dengan kehidupan keseharian kita. Itu tidak lepas dari bagaimana kita mengemas satu pameran. Jadi Museum MACAN sendiri punya banyak tim kerja di dalamnya yang semuanya saling melengkapi satu sama lain," kata Lingga.
![]() |
Misalnya pada pameran bertajuk di sini d.l.l., Lingga ingin memperlihatkan perjalanan bangsa Indonesia pada masa pra dan pascakemerdekaan. Diawali dengan pemutaran audio Sukarno membacakan naskah proklamasi, pengunjung kemudian diajak melihat lukisan-lukisan pada era kolonialisme dan revolusi.
"Dari sana kita bisa lihat para perupa merespon isu-isu tersebut. Di dalamnya ada tentang nasionalisme, degradasi alam, dan masalah-masalah yang sebenarnya dekat dengan keseharian kita tapi mungkin dikemas dengan cara lain, mulai dari perupa moderen hingga kontemporer," ujarnya.
![]() |
Selain memikirkan isu yang akan diangkat menjadi tema pameran, Museum MACAN juga memikirkan kenyamanan pengunjung. Hal itu tercermin dari desain pameran yang dibuat inklusif seperti kemudahan akses bagi penyandang difabel hingga pemasangan label deskripsi versi anak-anak dan dewasa.
"Kita memikirkan kira-kira bagaimana pengalaman setiap individu ketika mereka masuk ke pameran kita. Dari sana kita buat beberapa penyesuaian sehingga pengalaman yang didapatkan dalam sekali masuk, bisa banyak," kata dia.
![]() |
Di samping pameran, Lingga menambahkan, Museum MACAN selalu membuat program yang berbeda setiap minggu. Dengan begitu, pengunjung tak hanya menikmati pameran tetapi akan mendapatkan pengalaman berharga dari program yang dibuat Museum MACAN.
"Dari segi aktivasi ke publik, kami buat rutin per minggu. Setiap satu pameran, dia punya program khusus untuk publik. Bisa untuk dewasa atau anak-anak," kata dia.
![]() |
Kemudian, Museum MACAN memiliki kafe dan ruang diskusi bagi pengunjung yang ingin berbincang selepas menikmati pameran. Bila ingin membeli cenderamata, tersedia juga toko yang menjual aneka benda seni hingga buku.
Tak kalah menarik, Museum MACAN juga menyediakan ruangan di mana pengunjung dapat berkreasi membuat karya seni versi mereka sendiri. Ruangan ini biasanya dimanfaatkan para orang tua yang ingin bermain sambil mengedukasi anak-anak.
(pin/wsw)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan