Danau Tertinggi Dunia Kering, Sekarang Jadi Savana

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Danau Tertinggi Dunia Kering, Sekarang Jadi Savana

bonauli - detikTravel
Rabu, 06 Sep 2023 08:42 WIB
Danau Titicaca kering
Danau Titicaca kering (Juan Karita/AP)
Lima -

Danau Titicaca di Peru merupakan yang tertinggi di dunia. Sayangnya, danau ini juga kena dampak gelombang panas global dan jadi kering.

Dilansir dari CNN, Rabu (6/9/2023) Danau Titicaca di perbatasan Peru dan Bolivia memiliki luas 8.300 meter persegi di ketinggian 3.800 mdpl Pegunungan Andes tengah. Sebagai danau tertinggi di dunia, danau ini juga terkena radiasi matahari yang meningkatkan penguapan dan kehilangan air.

Itulah yang terjadi pada Danau Titicaca saat ini. Sebagian danau biru yang indah sudah hilang, tinggallah savana kering yang ditumbuhi oleh alang-alang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami tidak tahu apa yang akan kami lakukan mulai sekarang hingga Desember, karena air akan semakin surut," ujar Nazario Charca (63) penduduk adat yang tinggal di danau dan mencari nafkah dari turis yang datang.

Penurunan drastis muka air Danau Titicaca terjadi setelah gelombang musim panas dingin. Meskipun permukaan air diketahui berfluktuasi setiap tahun, perubahan ini menjadi lebih ekstrem akibat krisis iklim.

ADVERTISEMENT

Gelombang panas musim dingin yang memecahkan rekor telah menyebabkan peningkatan penguapan dan penurunan permukaan danau, menurut ahli meteorologi CNN Taylor Ward. Ini memperburuk defisit air yang disebabkan oleh kekeringan.

Sixto Flores, direktur Layanan meteorologi dan hidrologi nasional Peru di Puno, mengatakan bahwa curah hujan di Danau Titicaca 49 % lebih rendah dari rata-rata di bulan Agustus 2022 hingga Mareta 2023. Periode ini mencakup musim hujan, di mana permukaan air biasanya kembali ke debit asal.

Danau Titicaca keringDanau Titicaca kering Foto: (Claudia Morales/Reuters)

"Pada bulan Desember, permukaan air akan menuju level terendah sejak tahun 1996 jika danau tersebut menguap dengan kecepatan yang sama seperti biasanya dalam beberapa bulan ke depan, ini akan jadi sangat serius," ujarnya.

Hal ini tentu berdampak pada pariwisata, perikanan dan pertanian yang menjadi andalan penduduk adat Aymara.

"Kami sangat khawatir karena permukaan air saat ini sedang turun drastis. Kami ingin wisatawan datang kembali, khsusunya turis," ujar Jullian Huuattamarca, penduduk sekaligus penjual tekstil buatan lokal.

Kekeringan ini diperkirakan akan memperburuk perekonomian masyarakat Puno yang beberapa saat ini terpuruk akibat pandemi Covid-19 dan kerusuhan. Puno pernah jadi pusat protes atas kesenjangan, tuduhan korupsi, dan standar hidup masyarakat yang tidak meningkat sehingga Presiden Dina Boluarte mundur.

Aksi protes masyarakat Puno membuat wisatawan enggan berkunjung ke danau.

"Mereka agak takut untuk pergi," dia menambahkan.

Kemungkinan migrasi besar-besaran akan dilakukan oleh masyarakat seperti Tahun 1991 karena kekurangan sumber makanan. Masyarakat sepertinya tidak bisa berharap terjadi perubahan baik hingga tahun depan. Direktur deputi untuk klimatologi Senamhi, Grinia Avalos memprediksi peningkatan temperatur dari Badai El Nino akan terus berlangsung hingga Februari 2024.

Diperlukan tindakan cepat dari pemerintah untuk menyelamatkan perekonomian masyarakat sekitar yang menggantungkan hidupnya dari air Danau Titicaca.




(bnl/fem)

Hide Ads