Pulau Rempang terletak di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Pulau Rempang ternyata telah didiami oleh masyarakat adat setempat yang telah eksis sejak lama.
Pulau Rempang memiliki luas kurang lebih 165 km persegi dan merupakan rangkaian pulau besar kedua yang dihubungkan oleh enam buah jembatan Barelang. Letak pulau ini sekitar 3 km di tenggara Pulau Batam dan dikenal sebagai daerah pertanian juga perikanan, selain punya beberapa pantai yang bagus..
Belakangan Pulau Rempang menjadi pusat perhatian karena menjadi proyek strategis nasional di tahun 2023. Rencananya, pulau ini akan dibangun sebagai Rempang Eco-city. Namun, bentrok terjadi antara warga dan pemerintah, karena banyak masyarakat yang menolak untuk direlokasi dari sini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tetapi Pulau Rempang ternyata menyimpan masyarakat adat yang tinggal di dalamnya. Hal ini patut diperhatikan karena mereka telah eksis dan tinggal sejak ratusan tahun di sekitar Pulau Rempang.
Berikut ini beberapa fakta terkait masyarakat adat Pulau Rempang:
1. Banyak kampung adat
Pulau Rempang ternyata memiliki banyak kampung adat di dalamnya. Menurut Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Pulau Rempang memiliki 16 kampung tua di dalamnya.
2. Keturunan etnis Melayu
Masyarakat adat Pulau Rempang dikabarkan telah tinggal di sana secara turun menurun. Masyarakat adat Melayu disebut yang tinggal di 16 kampung tua di Pulau Rempang.
3. Telah ada sejak lama
Dikutip aman.or.id, Deputi II Sekjen AMAN bidang Politik dan Hukum, Erasmus Cahyadi, menyebut masyarakat adat di pulau Rempang telah ada, tepatnya sejak awal abad 18.
Mengutip beberapa sumber, Pulau Rempang pernah menjadi tempat tinggal suku orang darat, yang juga dikenal sebagai orang hutan. Mereka ini yang dipercaya sebagai penduduk asli Kota Batam.
Pada tahun 1930, pejabat Belanda bernama P. Wing mengunjungi tempat ini dan mencatat bahwa mereka adalah suku asli yang hidup hanya dengan atap, dan tanpa dinding.
Sedangkan menurut catatan sejarah, suku orang darat disebut berasal dari keturunan prajurit Kesultanan Riau-Lingga dan telah mendiami pulau-pulau tersebut sejak tahun 1720.
4. Leluhurnya berperan dalam perang Riau
Suku orang darat berperan sebagai prajurit Kesultanan Riau-Lingga dalam perang Riau I bersama Raja Haji Fisabilillah pada 1782 dan 1784 dan perang Riau II antara 1784 dan 1787 bersama Sultan Mahmud Riayat Syah (Sultan Mahmud Syah III).
Mereka dikenal sebagai pasukan vertikaman Kesultanan, yakni pasukan elit. Disebut juga basis pertahanan Pulau Rempang, Galang, dan Bolang cukup kuat sehingga pasukan Belanda dan Inggris enggan memasuki wilayah Kesultanan Riau-Lingga.
(wkn/wsw)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan