Hostel di Jalan Jaksa pernah merasakan kejayaan di era 80-90an. Hostel ini bahkan sampai tercantum dalam buku panduan perjalanan Lonely Planet.
Hostel yang begitu sohor di kalangan backpacker internasional itu adalah Wisma Delima. Berdiri sejak 1969, Wisma Delima menjadi penginapan favorit para bule yang melancong ke Jakarta.
Para backpacker suka menginap di Wisma Delima karena tarifnya yang murah. "Waktu itu USD 1, tahun 1969. Itu nilainya Rp 250. Bagi turis Eropa itu menolong sekali," kata pemilik Wisma Delima, Boy Lawalata.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Boy mengatakan, mayoritas turis yang menginap di Wisma Delima memang berasal dari Eropa. Turis dari Belanda, Jerman, hingga Prancis yang paling sering singgah di sana. Selain itu, ada pula turis Australia yang jaraknya lebih dekat ke Indonesia.
Wisma Delima menyewakan kamar berkonsep asrama (dormitory). Di sana, turis dapat tidur dan disediakan pula sarapan ala Barat.
"Kita harus sediakan breakfast karena pada waktu itu susah nyari. Apalagi (makanan) selera mereka nggak ada. Jadi kita sediakan breakfast toast pakai scrambled egg, fried egg," ujarnya.
![]() |
detikTravel sempat melihat buku tamu Wisma Delima yang berasal dari tahun 1971. Dalam buku tamu tersebut terlihat komentar para tamu. Salah satunya Nicholas Michell asal Inggris yang menyebut Wisma Delima memberikan makanan yang mengenyangkan tamu.
"This is the only place I know where they give you enough bread for breakfast (Ini satu-satunya tempat yang saya tahu di mana mereka memberikanmu roti yang cukup untuk sarapan)," tulisnya.
Konsep hostel ala rumah yang hangat juga menjadi nilai plus dari Wisma Delima kala itu. Di sana, para backpacker akan saling berkenalan dan membangun jejaring hingga komunitas.
Tak ayal, Wisma Delima kian sohor setelah testimoninya disebarkan dari mulut ke mulut. Hingga pada 1980-an masuk dalam buku panduan perjalanan Lonely Planet. Boy mengatakan, pemilik Lonely Planet, Tony Whaleer memang sempat singgah di sana dan menulis tentang hostel di Jalan Jaksa ini.
"Tony Whaleer, penulis Lonely Planet, guide book terkenal itu pernah ke Jakarta dulu. Masih awal-awal (Wisma Delima) menginap di sini. Dan ya memang mereka tulis apa adanya, detail. Kalau jelek dia tulis jelek, kalau bagus dia tulis bagus," kenang Boy.
![]() |
Semenjak dicantumkan di Lonely Planet, Wisma Delima semakin dikenal. Boy mengatakan, di masa-masa hostel itu ramai, mereka membuka 14 kamar. Ada masanya, kamar-kamar itu juga penuh tetapi peminatnya masih banyak. Maka dari itu, ia sampai mengontrak rumah tetangga hingga mengalihkan tamunya ke penginapan-penginapan lain.
Sayang, seiring perkembangan zaman, Wisma Delima harus bersaing dengan hotel-hotel lain yang kini dapat dipesan melalui pemesanan online. Turis asing kini sudah melek teknologi sehingga mereka memiliki banyak pilihan di internet. Lama-kelamaan, Wisma Delima mulai ditinggalkan. Apalagi, Jalan Jaksa sekarang juga tak seramai di masa lampau.
Hal inilah yang menjadi salah satu faktor pendorong perubahan fungsi Wisma Delima. Wisma Delima sekarang telah beralih fungsi menjadi kos wanita. Selain itu, warkop dan kafe juga beroperasi di lahan bekas hostel ternama tersebut.
Baca juga: Masihkah Ada Bule di Jalan Jaksa? |
(pin/wsw)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan