Hostel di Jalan Jaksa Tempo Dulu: Tersohor Sampai Masuk Lonely Planet

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Hostel di Jalan Jaksa Tempo Dulu: Tersohor Sampai Masuk Lonely Planet

Putu Intan - detikTravel
Minggu, 24 Sep 2023 06:10 WIB
Wisma Delima di Jalan Jaksa
Wisma Delima di Jalan Jaksa. Foto: Chelsea Olivia/detikcom
Jakarta -

Hostel di Jalan Jaksa pernah merasakan kejayaan di era 80-90an. Hostel ini bahkan sampai tercantum dalam buku panduan perjalanan Lonely Planet.

Hostel yang begitu sohor di kalangan backpacker internasional itu adalah Wisma Delima. Berdiri sejak 1969, Wisma Delima menjadi penginapan favorit para bule yang melancong ke Jakarta.

Para backpacker suka menginap di Wisma Delima karena tarifnya yang murah. "Waktu itu USD 1, tahun 1969. Itu nilainya Rp 250. Bagi turis Eropa itu menolong sekali," kata pemilik Wisma Delima, Boy Lawalata.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Boy mengatakan, mayoritas turis yang menginap di Wisma Delima memang berasal dari Eropa. Turis dari Belanda, Jerman, hingga Prancis yang paling sering singgah di sana. Selain itu, ada pula turis Australia yang jaraknya lebih dekat ke Indonesia.

Wisma Delima menyewakan kamar berkonsep asrama (dormitory). Di sana, turis dapat tidur dan disediakan pula sarapan ala Barat.

ADVERTISEMENT

"Kita harus sediakan breakfast karena pada waktu itu susah nyari. Apalagi (makanan) selera mereka nggak ada. Jadi kita sediakan breakfast toast pakai scrambled egg, fried egg," ujarnya.

Wisma Delima di Jalan JaksaWisma Delima di Jalan Jaksa. Foto: Chelsea Olivia/detikcom

detikTravel sempat melihat buku tamu Wisma Delima yang berasal dari tahun 1971. Dalam buku tamu tersebut terlihat komentar para tamu. Salah satunya Nicholas Michell asal Inggris yang menyebut Wisma Delima memberikan makanan yang mengenyangkan tamu.

"This is the only place I know where they give you enough bread for breakfast (Ini satu-satunya tempat yang saya tahu di mana mereka memberikanmu roti yang cukup untuk sarapan)," tulisnya.

Konsep hostel ala rumah yang hangat juga menjadi nilai plus dari Wisma Delima kala itu. Di sana, para backpacker akan saling berkenalan dan membangun jejaring hingga komunitas.

Tak ayal, Wisma Delima kian sohor setelah testimoninya disebarkan dari mulut ke mulut. Hingga pada 1980-an masuk dalam buku panduan perjalanan Lonely Planet. Boy mengatakan, pemilik Lonely Planet, Tony Whaleer memang sempat singgah di sana dan menulis tentang hostel di Jalan Jaksa ini.

"Tony Whaleer, penulis Lonely Planet, guide book terkenal itu pernah ke Jakarta dulu. Masih awal-awal (Wisma Delima) menginap di sini. Dan ya memang mereka tulis apa adanya, detail. Kalau jelek dia tulis jelek, kalau bagus dia tulis bagus," kenang Boy.

Pemilik Wisma Delima, Boy LawalataPemilik Wisma Delima, Boy Lawalata. Foto: Chelsea Olivia/detikcom

Semenjak dicantumkan di Lonely Planet, Wisma Delima semakin dikenal. Boy mengatakan, di masa-masa hostel itu ramai, mereka membuka 14 kamar. Ada masanya, kamar-kamar itu juga penuh tetapi peminatnya masih banyak. Maka dari itu, ia sampai mengontrak rumah tetangga hingga mengalihkan tamunya ke penginapan-penginapan lain.

Sayang, seiring perkembangan zaman, Wisma Delima harus bersaing dengan hotel-hotel lain yang kini dapat dipesan melalui pemesanan online. Turis asing kini sudah melek teknologi sehingga mereka memiliki banyak pilihan di internet. Lama-kelamaan, Wisma Delima mulai ditinggalkan. Apalagi, Jalan Jaksa sekarang juga tak seramai di masa lampau.

Hal inilah yang menjadi salah satu faktor pendorong perubahan fungsi Wisma Delima. Wisma Delima sekarang telah beralih fungsi menjadi kos wanita. Selain itu, warkop dan kafe juga beroperasi di lahan bekas hostel ternama tersebut.




(pin/wsw)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Jalan Jaksa Beda Dulu dan Sekarang
Jalan Jaksa Beda Dulu dan Sekarang
13 Konten
Jalan Jaksa di Jakarta Pusat dulu merupakan pusat turis backpaker di Jakarta. Boleh dibilang mirip Legian di Bali. Tetapi kini, wajah Jalan Jaksa sudah berbeda. Jalan itu lebih teratur dengan trotoar yang tinggi, tetapi justru kehilangan ciri khasnya
Artikel Selanjutnya
Hide Ads