Tragedi Itaewon masih menyisakan duka setelah satu tahun berlalu. Penyintas dihantui petaka mematikan dari sebuah pesta Halloween.
Satu tahun setelah 160 anak muda tewas dalam tragedi kerumunan pesta Halloween di Itaewon, Seoul, Korea Selatan, Lee Ju-hyun kembali ke gang tempat dia hampir tewas. Dia rutin berkunjung ke tempat itu. Dia bertekad menjaga ingatannya tentang malam mengerikan itu "sampai keadilan ditegakkan".
Tragedi tahun lalu itu terjadi pada sebuah akhir pekan di hari-hari perayaan Halloween. Lebih dari 100 ribu orang berkumpul di kawasan Itaewon, yang secara arsitektural berbentuk seperti labirin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Itaewon adalah sebuah distrik di Seoul yang populer karena ingar bingar kehidupan malamnya. Ini adalah tempat untuk berpesta.
Kerumunan orang yang mengikuti perayaan Halloween itu mengalir ke lorong yang sempit dan curam dari tiga arah. Pada satu titik, lorong tersebut menjadi sangat padat sehingga orang tidak dapat bergerak. Sebagian orang akhirnya tidak bisa bernapas. Mereka lemas, terimpit, kemudian meninggal dunia.
Meskipun terdapat banyak kegagalan dan kesalahan otoritas yang terdokumentasi dengan baik, setelah satu tahun tidak ada seorang pun yang dinyatakan bertanggung jawab. Para penyintas dan orang-orang yang kehilangan kerabat lantas harus berjuang sendirian untuk pulih.
Ju-hyun dapat menemukan dengan tepat tempat ketika malam itu dia tersandung, jatuh ke lantai, dan tertimpa tumpukan orang. Tekanan tumpukan orang itu begitu besar sehingga otot-otot di kakinya pecah dan lumpuh.
Malam itu dia kehilangan kesadaran. Saat dia kembali terbangun karena suara kekacauan, dia masih terjebak.
Sekarang sebagian besar gang di Itaewon itu ditutup. Beberapa bar di sana tidak pernah dibuka kembali sejak kejadian itu.
Seperti Ju-hyun, ribuan orang terus dihantui peristiwa tersebut, entah karena kengerian yang dipicu pengalaman secara langsung atau karena mereka kehilangan orang-orang terkasih.
Park Jin-sung, yang juga penyintas sekaligus orang yang kehilangan kerabat dalam tragedi itu, juga dihantui tragedi Itaewon itu. Waktu itu, dia tengah mengunjungi Seoul bersama ibu dan adik perempuannya. Penasaran dengan pesta Halloween di Itaewon, mereka memutuskan untuk datang ke kawasan tersebut.
Saat mereka tiba, gang-gang di sana sudah ramai. Jin-sung mendesak adiknya untuk keluar dari kerumunan, sedangkan dia tetap bertahan untuk menjaga ibu mereka.
Jin-sung memeluk ibunya yang kesulitan bernapas. Dia menciptakan ruang kecil di antara mereka agar ibunya bisa memasukkan udara ke paru-parunya. Ketika paramedis tiba, Jin-sung menarik ibunya keluar melalui celah kerumunan.
Jin-sung lalu berlarian di jalan-jalan Itaewon dan menghampiri banyak rumah sakit. Otot-ototnya di tubuhnya lelah, tapi dia terus mencari saudara perempuannya, sampai akhirnya polisi memanggilnya dari kamar mayat.
"Saat itulah dunia runtuh menimpa saya," kata Jin-sung.
"Awalnya, saya tidak bisa keluar rumah. Saya sangat ketakutan di malam hari. Suara kecil dari peristiwa itu melumpuhkan saya," kata dia.
Jin-sung dan ibunya memutuskan berhenti dari pekerjaan mereka. Selang setahun kemudian, Jin-sung kembali bekerja. Ketakutan serta kesedihannya yang dulu merundungnya kini berubah menjadi kemarahan.
Banyak penyintas dan keluarga korban menyatakan belum mendapatkan jawaban yang memadai mengenai apa dan siapa yang bersalah pada malam itu. Investigasi awal menyimpulkan bahwa sejumlah pejabat pemerintah daerah gagal merencanakan dan menerapkan langkah-langkah pengendalian massa.
Laporan itu juga menemukan bahwa polisi mengabaikan laporan dari sejumlah orang dalam kerumunan untuk mengantisipasi tragedi. Layanan darurat, konsekuensinya, gagal membawa paramedis ke Itaewon tepat waktu.
Namun hingga kini hanya ada sedikit penjelasan mengapa kesalahan tersebut terjadi, terutama karena pihak berwenang telah mengantisipasi adanya kerumunan besar dan telah memperkirakan serta mendokumentasikan potensi bahaya.
Setidaknya, 23 polisi dan pejabat pemerintah telah didakwa melakukan pelanggaran pidana, termasuk pembunuhan tidak disengaja dan kelalaian. Banyak dari mereka kini masih tetap memegang jabatan mereka, meskipun persidangan dan investigasi terhadap mereka masih berlangsung.
Politikus dan pejabat senior lainnya, termasuk Menteri Dalam Negeri, Wali Kota Seoul, dan Kepala Badan Kepolisian Nasional telah dibebaskan dari tuduhan melakukan kesalahan.
Bagi Park Jin-sung, ini adalah bukti bahwa tragedi tersebut belum diselidiki dengan baik. Dia dan keluarga lainnya mendorong penyelidikan baru yang independen, yang dan saat ini menunggu persetujuan parlemen.
"Mereka belum mengadakan satu pertemuan pun untuk menjelaskan apa yang terjadi dan berkata, 'lihat, kami benar-benar minta maaf'."
"Itu saja sudah cukup untuk meringankan rasa sakit," ujarnya.
Usai tragedi itu, pemerintah mendirikan pusat trauma untuk memberikan layanan psikologi kepada para penyintas. Jin-sung menerima pesan singkat seminggu sekali yang menawarkan dukungan, tapi dia belum pernah memberi jawaban.
"Itu dijalankan oleh pemerintah, dan saya tidak terlalu percaya pada pemerintah, jadi saya tidak nyaman pergi ke sana," ujarnya.
Pemerintah pusat Korsel, Dewan Kota Seoul, dan otoritas kepolisian menolak permintaan wawancara BBC, terkait tentang pelajaran apa yang telah mereka dapat dari Tragedi Itaewon dan bagaimana mereka berencana menjaga keselamatan masyarakat pada peringatan Halloween tahun ini.
Mereka mengatakan kepada kami bahwa ini bukan saat yang tepat untuk mengeluarkan pernyataan.
Dalam sebuah pernyataan, Pemerintah Pusat Korsel sebelumnya menyatakan "sangat sedih atas tragedi tersebut dan telah menyampaikan permintaan maaf serta simpati kepada para korban dan keluarga mereka di setiap kesempatan".
Baca juga: Kronologi Tragedi Horor Halloween di Itaewon |
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan