Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan menyebut ada dugaan kelalaian dalam pemberian ijin pendakian Gunung Marapi. Dengan status Waspada, PVBMG telah merekomendasikan larangan mendekati kawah hingga radius 3 kilometer.
Sebanyak 75 pendaki mengantongi ijin pendakian Gunung Marapi, yang ada di perbatasan Kabupaten Agam dan Tanah Datar Sumatera Barat (Sumbar), itu pada Jumat (1/11/2023) hingga Minggu (3/12). Petaka terjadi pada Minggu, Gunung Marapi dengan ketinggian 2.891 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu mengalami erupsi.
Dikutip dari detikSumut, dari PVMBG Pos Pengamatan Gunung Marapi menyebut erupsi terjadi sejak pada pukul 14:54 WIB. Kemudian, erupsi eksplosif terjadi pada pukul 15.54 dengan tinggi kolom abu 5.891 mdpl atau sekitar 3.000 meter di atas puncak gunung. Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas condong ke arah timur. Erupsi itu terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 30 milimeter dan durasi 4 menit 41 detik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Status Gunung Marapi itu Waspada sejak 2011, rekomendasinya warga dilarang mendekat dalam radius 3 kilometer dari puncak. Artinya, seharusnya tidak boleh ada pendakian ke puncak," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan, yang dihubungi detikTravel Selasa (5/12/2023).
Baca juga: Masih Ada Pendaki Terjebak di Gunung Marapi |
"Erupsi Gunung Marapi akan terus berulang, tetapi tidak tahu kapan. Mendaki gunung boleh, tetapi dilarang mendekat ke puncak. Jadi, seharusnya tidak ada pendakian ke puncak," dia menegaskan.
Merujuk data Basarnas, di antara 75 pendaki itu, sebanyak 63 pendaki di antaranya sudah ditemukan dan 12 orang masih dalam proses pencarian. Sebanyak 49 pendaki di antaranya sudah dievakuasi, 26 di antaranya masih di puncak gunung. Mereka yang ditemukan sebagian mengalami luka bakar, patah tulang, dan dirawat di rumah sakit di Padang Panjang dan Bukittinggi.
Hendra menyebut PVMBG secara rutin menyampaikan status dan rekomendasi gunung-gunung merapi di Indonesia, termasuk Gunung Marapi, kepada bupati dan gubernur. Rekomendasi itu disampaikan dua pekan sekali.
"Masalahnya Gunung Marapi seolah tampak gitu-gitu saja, erupsi dua tahun sekali. Tetapi, justru erupsi bisa terjadi kapan saja itu. Itu yang jadi masalah. Dan, masalah ada di sekitar puncak, tidak melibatkan orang banyak. Kalau melibatkan banyak orang, skala besar, orang yang jauh akan turut mengingatkan. Ini tidak," kata Hendra.
"Peristiwa ini mirip dengan yang terjadi pada 2017, saat itu tidak ada korban. Mungkin orang kemudian lupa dan menjadi tidak waspada," dia menambahkan.
"Kami memperkuat tim yang ada di pos dari Bandung, hari ini berangkat untuk membantu pengamat di Bukittinggi, kalau ada alat-alat rusak, di puncak, dan komunikasi," dia menegaskan.
(fem/ddn)
Komentar Terbanyak
Didemo Pelaku Wisata, Gubernur Dedi: Jelas Sudah Study Tour Itu Piknik
Forum Orang Tua Siswa: Study Tour Ngabisin Duit!
Pendemo: Dedi Mulyadi Tidak Punya Nyali Ketemu Peserta Demo Study Tour