Ada Hotel Angker di Solo, Dulu Tempat Tentara Jepang Saling Bunuh

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Berita Terpopuler

Ada Hotel Angker di Solo, Dulu Tempat Tentara Jepang Saling Bunuh

Tim detikcom - detikTravel
Senin, 25 Des 2023 10:33 WIB
Wahana wisata rumah hantu di bekas Hotel Cakra, Jalan Slamet Riyadi, Kemlayan, Kota Solo, Kamis (14/12/2023) malam.
Hotel Cakra di Solo. (Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng)
Jakarta - Hotel Cakra di Solo terkenal angker. Hotel yang telah lama terbengkalai ini sempat menjadi lokasi tentara Jepang saling membunuh.

Hotel Cakra terletak di Jalan Slamet Riyadi, Kemlayan, Solo. Sebelum menjadi hotel, tempat ini merupakan markas Kempetai atau Polisi Militer. Di lokasi itulah, terjadi pertempuran penyerahan kekuasaan pemerintah pendudukan Jepang kepada pemerintah Indonesia di Solo.

Awalnya, Ketua Komite Nasional Indonesia (KNI) Solo, Mr BPH Soemodiningrat memimpin delegasi Indonesia untuk bertemu dengan Kepala Pemerintahan Sipil Jepang Watanabe. Pertemuan tersebut berlangsung lancar.

"Watanabe dengan sukarela menyerahkan pemerintahan sipil di Surakarta kepada Indonesia," ungkap KRMAP L Nuky Mahendranata Adiningrat, pemerhati sejarah dan budaya Solo.

Begitu pula dengan Suyatno Yosodipuro, tokoh pemuda yang memimpin delegasi untuk bertemu Komandan Garnisun Kota Solo, Letnan Kolonel T Mase pada 4-5 Oktober 1945.

Dalam pertemuan itu, Suyatno berhasil meyakinkan komandan tentara Jepang untuk menyerahkan kekuasaan militer agar tidak terjadi pertumpahan darah. Namun, pihak Kempetai (Polisi Militer) yang tidak berada di bawah Letkol T Mase menolak untuk menyerah.

"Komandan Kempetai, Kapten Sato menolak menyerah, karena belum ada perintah langsung dari Tenno Heika (Yang Mulia Kaisar Jepang). Sikap Kapten Sato ini lah yang memicu pengepungan dan pertempuran di daerah Kemlayan pada 12 Oktober 1945," jelas Kanjeng Nuky, sapaan akrabnya.

Markas Kempetai, yang sekarang bekas Hotel Cakra itu pun diserang. Menurut Kanjeng Nuky, yang mengutip sumber-sumber lain, pada masa itu banyak ditemukan mayat serdadu Jepang yang ditembak di kepala oleh teman-temannya sendiri.

"Aksi Harakiri meninggalkan jejak mistis di bagian-bagian hotel Cakra yang hingga saat ini kosong tak berpenghuni dan dijadikan rumah hantu untuk keperluan komersil," imbuhnya.

Saat itu, tentara Jepang memilih untuk saling menembak kepala masing-masing. Menurut Kanjeng Nuky, para tentara Jepang lebih memilih mati daripada menyerahkan kekuasaan ke Indonesia.

"Di kolam renang itu, dulu dipakai untuk pemakaman atau pemenggalan kepala. Makanya ketika dipakai Hotel Cakra, itu dulu banyak kejadian, diketuk pintu kamarnya terus dikasih kepala. Makanya, itu jadi angker hotelnya," kisah Kanjeng Nuky.

Berikut 10 berita terpopuler detikTravel, Minggu (24/12/2023):




(pin/pin)

Hide Ads