Museum Pustaka Lontar ternyata mengoleksi sekitar 350 lontar milik masyarakat sekitar Desa Adat Dukuh Penaban. Lontar tertua berusia lebih dari 4 abad.
Museum Pustaka Lontar Dukuh Penaban adalah museum komunitas yang dibangun oleh warga desa adat/Pakraman Dukuh Penaban. Museum ini dibangun pada lahan seluas 1,5 hektare pada tahun 2017.
Museum hidden gems itu menyimpan ribuan koleksi lontar tua yang usianya hingga ratusan tahun. Bahkan, ada yang berusia sekitar 460 tahun.
Museum Pustaka Lontar menyimpan berbagai lontar yang isinya mulai dari tata cara kehidupan ritual hingga keseharian. Semua catatan ini pun masih dijadikan pedoman aturan di masyarakat adat Bali.
Penjelasan Tentang Lontar
Bagi traveler yang belum tau tentang lontar pasti berpikir lontar adalah naskah atau catatan. Ada juga yang mengira bahwa lontar adalah tumbuhan.
I Nengah Suarya, bendesa adat Dukuh Penaban, menjelaskan lontar adalah sebuah catatan yang ditulis di atas daun lontar. Lontar bentuknya berupa naskah yang biasanya ditulis menggunakan aksara Bali.
"Lontar itu ialah catatan yang ditulis di atas daun lontar. Lontar itu sebetulnya adalah naskah yang tertulis di atas kertas atau blanko lontar," ujarnya.
Untuk bisa menghasilkan sebuah lontar, daun ental harus melalui proses yang panjang. Bahkan hingga memakan waktu sekitar 2 tahun. Mulai dari proses pemilahan, pemisahan dengan lidi, perendaman selama tiga minggu, perebusan, penjemuran, penjepitan, diberikan lubang, dan digaris.
Jenis Lontar yang Ada di Museum Pustaka Lontar
Museum Pustaka Lontar menyimpan banyak jenis lontar tua yang usianya hingga ratusan tahun. Suarya menyebut jenis lontar yang ada di Museum Pustaka Lontar bisa dikatakan lengkap.
Suarya menyebut beberapa jenis lontar yang ada di sini, mulai dari usadha (lontar pengobatan), asta kosala kosali (lontar tata bangunan Bali), sesana (lontar tentang etika), widhi tattwa (lontar ketuhanan), kanuragan, kawisesan, dan lain-lain. Ada juga babad.
"Kalau melihat jenis kita di sini lengkap. Seperti usadha, asta kosala kosali, sesana, widhi tatwa, kanuragan, dan kawisesan. Kita ada babad atau silsilah juga di sini. Di sini kuantitasnya yang agak terbatas karena jumlah pengarangnya," kata dia.
Hingga saat ini Museum Pustaka Lontar sudah melakukan registrasi terhadap sekitar 350 lontar. "Kalau di sini yang sudah teregistrasi ada 350-an. Tapi yang belum teregistrasi masih banyak di masyarakat, yang belum bisa kami identifikasi karena keterbatasan tenaga dan pendanaan," ujarnya.
Tak hanya menyimpan lontar saja, Museum Pustaka Lontar menyimpan naskah lontar yang sudah disalin ke huruf latin. Salinan naskah ini berjumlah sekitar 8000 naskah.
Suarya menjelaskan seluruh lontar yang ada di Museum Pustaka Lontar sebagian besar bersumber dari masyarakat Desa Adat Dukuh Penaban.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sumber utama lontarnya tentu dari masyarakat karena ini museum komunitas. Tapi terkadang ada masyarakat luar yang menitip di sini," kata dia.
Museum Pustaka Lontar menyimpan lontar-lontar tua yang berusia ratusan tahun. Bahkan lontar tertua berusia sekitar 460 tahun. Rata-rata lontar di Museum Pustaka Lontar berusia 150 hingga 200 tahun.
"Lontar tertua yang kita miliki judulnya Bhuana Kosa. Lontar ini menceritakan tentang alam, bagaimana bumi ini ada," katanya.
Bagi traveler yang kepo dengan kebudayaan lontar, Museum Pustaka Lontar adalah pilihan destinasi yang sip untuk berlibur sekaligus wisata edukasi lontar.
Baca juga: Sejarah Puri Agung Karangasem |
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda