Jepang Cinta Uang Turis, tapi Muak dengan Kelakukannya

bonauli - detikTravel
Selasa, 06 Feb 2024 19:05 WIB
Ilustrasi Jepang (Getty Images/pigphoto)
Tokyo -

Jepang mulai sesak oleh turis. Bagai dua sisi mata uang, Jepang merasa bahagia sekaligus muak karenanya.

Dilansir dari The Guardian pada Selasa (6/2), melemahnya mata uang Yen menjadi salah satu faktor penarik turis liburan ke Jepang.

"Semuanya murah, layanannya luar biasa dan makanannya adalah yang terbaik yang bisa Anda dapatkan," ujar Tommy Buchheit, turis AS.

Menurut Badan Pariwisata Jepang, negara itu kini menargetkan 60 juta turis dengan pengeluaran Yen 15 triliun untuk di sepanjang tahun 2024.

Sayangnya, tak semua setuju dengan hal ini. Banyak warga yang mengkritik kebijakan pariwisata Jepang. Mereka berkata bahwa Jepang tidak siap dengan tingginya jumlah wisatawan, karena akan ada tekanan pada akomodasi, transportasi umum dan industru jasa.

Apalagi, Jepang sedang berjuang melawan kekurangan tenaga kerja.

Perdana Menteri Fumio Kishida mengatakan bahwa pariwisata berkelanjutan bergantung pada penerimaan pengunjung tanpa berdampak buruk pada kualitas hidup masyarakat lokal. Usulan yang diajukan oleh pemerintah adalah peningkatan jumlah bus, taksi dan tarif angkutan umum pada jam sibuk, serta pembukaan rute bus baru.

Pemerintah juga menetapkan 11 destinasi percontohan yaitu pedesaan timur Hokkaido dan pulau sub Okinawa. Pemerintah berharap turis menjauhi Tokyo, Osaka dan Kyoto yang selalu jadi tujuan utama liburan.

Penolakan pariwisata massal mulai terlihat di Gion, Kyoto pada tahun 2022. Saat itu jumlah turis yang datang melebihi jumlah penduduk kota, sekitar 30 kali lipat.

Peter Maclntosh, penyelenggara tur Geisha asal Kanada bercerita bahwa penduduk kesulitan menghadapi gangguan yang disebabkan oleh banyaknya pengunjung.

"Masalahnya masyarakat di sini menginginkan dua hal, memiliki kehidupan yang tenang dan menghasilkan uang, namun hal ini akan menjadi lebih buruk dengan semakin banyaknya orang yang datang," ucapnya.

Media sosial juga menjadi salah satu faktor yang membuat Jepang semakin populer. Banyak turis yang datang ke area-area kurang terkenal hanya untuk konten.

Untuk itu, pemerintah kota mulai bergerak untuk mengatasi pariwisata massal. Gunung Fuji adalah salah satunya. Gunung ikon Jepang ini sudah menerapkan tiket masuk sebesar Yen 2.000 di luar tiket kontribusi 1.000.

"Saya bisa membayangkan masyarakat lokal yang sudah muak, jadi kami mencoba untuk mengurus urusan kami sendiri," ucap Karlyn de Bruin, salah satu turis Belanda.

Selama berlibur di sana, Karlyn melihat ada banyak turis yang sibuk dengan ponsel mereka demi konten di media sosial.

"Mereka berdandan dan mengambil foto dengan cara tertentu karena itu akan membuatnya bagus," jelasnya.

Selain ketenangan, kebiasaan bersih orang Jepang juga terusik. Kebanyakan turis tidak peduli dengan adat setempat dan sibuk berfoto.

"Saya pikir ini adalah masalah generasi. Beberapa kali saya datang ke sini tak ada sampah, tapi sekarang banyak," jelas Lizzie Jones, turis AS.

Jones berkata bahwa turis yang sekarang datang tidak mau belajar soal adat istiadat setempat.

"Mereka tidak peduli, tempat-tempat yang mereka kunjungi hanya didatangi untuk Instagram saja," pungkasnya.



Simak Video "Video: Rencana Jepang Naikkan Pajak untuk Turis Asing"

(bnl/wsw)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork