Setelah terbang jauh, pelancong terkadang merasa tidak fit atau lelah. Mengapa demikian? Berikut para dokter menjelaskan dampak terbang ke tubuh.
Melansir Independent.co.uk, Sabtu (17/2/2024), selepas terbang jauh, terkadang kita merasa tidak benar-benar fit dan sangat lelah. Selain grogi dan jet lag, terbang di kabin kecil dan ketinggian 35 ribu kaki ternyata dapat mempengaruhi tubuh di banyak hal.
"Duduk selama delapan jam atau lebih dapat memberikan dampak buruk yang serius bagi kesehatan Anda, seperti kesehatan jantung dan pernapasan, serta otot dan persendian," kata dokter umum Dr Gill Jenkins.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut ini adalah bagaimana berbagai bagian tubuh kita terpengaruh.
"Terbang jarak jauh dapat mempengaruhi pernapasan, menyebabkan sesak napas dan terkadang rasa tidak nyaman di dada. Orang yang paling berisiko mengalami masalah jantung di pesawat adalah mereka yang sudah memiliki penyakit kardiovaskular," kata Jenkins, yang merupakan penasihat untuk Deep Heat, Deep Freeze, dan Deep Relief.
Bahkan, seharusnya jika pelancong memiliki masalah jantung, mestinya berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter untuk diperbolehkan terbang. Hal itu karena faktor-faktor yang mempengaruhi penderita jantung pun cukup banyak, seperti konsentrasi oksigen yang rendah, membatasi gerakan dada, hingga peningkatan stres yang bisa memicu risiko.
Dampak untuk perut
Selain itu, ada juga dampak penerbangan terhadap perut pelancong. Perubahan kelembaban dapat menyebabkan gangguan pada perut traveler.
"Kabin pesawat memiliki tingkat kelembaban yang rendah, yang dapat menyebabkan dehidrasi dan menyebabkan masalah pencernaan seperti sembelit dan ketidaknyamanan," kata Dr Simon Theobalds, dokter umum di Pall Mall Medical.
"Perubahan tekanan kabin juga dapat menyebabkan ekspansi gas dalam perut, yang menyebabkan kembung atau ketidaknyamanan. Duduk dalam waktu lama selama penerbangan panjang dapat menyebabkan pencernaan tidak lancar dan sembelit."
Dampak ke ritme tubuh
Ada juga dampak yang telah banyak diketahui, yakni ke ritme sirkadian (jam tubuh), khususnya bagi yang terbang melintasi beberapa zona waktu. Ini dapat mempengaruhi sistem pencernaan anda yang menyebabkan buang air besar yang tidak teratur, perubahan nafsu makan.
Theobalds juga merekomendasikan untuk tetap terhidrasi dan memilih makanan ringan, serta banyak bergerak di sekitar kabin.
Dampak terhadap otak
Mungkin belum banyak yang menyadari bahwa jetlag bisa berdampak juga terhadap otak. Khususnya saat tubuh mencoba menyesuaikan diri dengan zona waktu yang berbeda, jet lag juga dapat menimbulkan kekacauan.
"Perubahan pola tidur yang disebabkan oleh perbedaan zona waktu dapat memengaruhi kualitas dan kuantitas tidur, yang dapat berdampak pada fungsi kognitif dan suasana hati," jelas Theobalds.
"Tingkat kelembaban yang rendah juga dapat menyebabkan sakit kepala, pusing, dan gangguan kognitif. Tingkat oksigen yang lebih rendah di kabin pesawat juga dapat berdampak pada kinerja kognitif, yang mengakibatkan gejala seperti mudah lupa dan sulit berkonsentrasi," tambahnya.
Kebisingan, ruang yang terbatas dan kondisi yang penuh sesak juga dapat menyebabkan stres dan ketidaknyamanan, yang dapat mempengaruhi kinerja kognitif.
Meskipun begitu, hal-hal ini biasanya bersifat sementara dan dapat dipulihkan.
Dampak terhadap mata, hidung, mulut
Mata, hidung, dan mulut, menjadi beberapa organ tubuh yang juga terdampak dalam penerbangan. Jenkins menjelaskan itu karena perubahan tekanan kabin, ketinggian, serta kualitas udara.
"Sirkulasi udara di dalam pesawat sangat kering, dan dehidrasi akibat kurang minum dapat memperparah kondisi mata, hidung, dan mulut yang kering (serta kulit dan telinga)," terangnya.
"Mempengaruhi saluran hidung, nyeri sinus sering terjadi pada penerbangan jarak jauh, terutama jika Anda sudah menderita pilek atau masalah saluran pernapasan lainnya, yang mempengaruhi cara sinus dan saluran hidung menyamakan tekanan setelah tekanan kabin yang berubah - mengakibatkan rasa sakit di bagian mata, dahi, dan tulang pipi, terutama saat turun," ucapnya.
Dia menyebut mengunyah permen karet dapat membantu merangsang produksi air liur untuk meredakan mulut yang kering. Serta hal itu dapat menjaga tubuh tetap terhidrasi.
Dampak terhadap kulit
Kelembaban yang rendah juga dapat menyebabkan kulit terasa kering dan kencang.
"Hal ini dapat menyebabkan kulit bersisik dan memperburuk kondisi kulit seperti eksim atau psoriasis," kata Theobalds.
"Udara yang disirkulasi ulang di pesawat bisa kering dan pengap, berpotensi menyumbat pori-pori dan membuat kulit Anda terlihat kusam. Hal ini dapat menjadi masalah bagi mereka yang memiliki kulit berjerawat," lanjutnya.
Selain itu, ada juga risiko terhadap paparan sinar UV, terlebih jika terbang lama di ketinggian yang lebih tinggi.
"Pada ketinggian yang lebih tinggi, paparan sinar UV Anda meningkat. Meskipun jendela pesawat menghalangi sebagian besar sinar UVB, sinar UVA masih dapat menembus, yang berpotensi menyebabkan kerusakan kulit dari waktu ke waktu," katanya.
Dampak terhadap otot
"Duduk selama beberapa jam dalam penerbangan jarak jauh tanpa banyak bergerak dapat menyebabkan otot-otot menegang dan dapat menyebabkan masalah sendi dan punggung serta kekakuan," kata Jenkins.
"Selama penerbangan, cobalah untuk berdiri, bergerak dan melakukan peregangan satu kali dalam satu jam. Setelah Anda mendarat, sangat penting untuk menggerakkan tubuh Anda sesegera mungkin," pungkasnya.
(wkn/wkn)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Sound Horeg Guncang Karnaval Urek Urek Malang
Status Global Geopark Danau Toba di Ujung Tanduk