Tarif retribusi baru diberlakukan di beberapa destinasi wisata Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Tetapi, Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul justru mengaku kesulitan memberikan uang kembalian ke pengunjung.
Sejak kenaikan tarif retribusi baru berlaku di beberapa destinasi wisata Gunungkidul, Dispar mengaku kesulitan memberikan uang kembalian. Selain itu, lemahnya sinyal internet juga menjadi kendala dalam penerapan pembayaran secara non-tunai.
"Memang dengan adanya tarif yang Rp 5 ribu menjadi Rp 8 ribu ada sedikit kendala di lapangan. Teman-teman kami harus menyediakan uang pecahan Rp 1 ribu, Rp 2 ribu, Rp 5 ribu. Ini memang yang harus kami sikapi," kata Kabid Pengembangan Destinasi Dispar Gunungkidul, Supriyanta, saat dihubungi detikJogja, Rabu (21/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Supriyanta mengatakan, banyak wisatawan yang tidak membawa uang pas untuk membayar retribusi wisata.
"Boleh dibilang kalau yang Rp 8 ribu ini wisatawan tidak membawa uang pas. Kalau yang Rp 15 ribu saja ada yang membawa uang pas, tapi kebanyakan harus tersedia uang kembalian. Jadi kendalanya kami penyediaan di uang pecahan itu," ujar dia.
Supriyanta menambahkan, dalam peraturan daerah (Perda) terbaru tentang retribusi wisata, pendapatan atau hasil penarikan retribusi juga harus segera disetor dalam kurun waktu paling lama sehari.
"Perda baru ini, pendapatan harus segera disetorkan paling lama satu hari. Sehingga kesulitan kami di lapangan adalah penyediaan uang kembalian pecahan seribu, dua ribu, lima ribu. Terutama di hari libur," paparnya.
Kesulitan tersebut dijumpai di destinasi wisata pantai. "Kalau di non-pantai wisatanya lebih sedikit itu tidak begitu terasa. Yang terasa itu yang tingkat kunjungannya tinggi," tuturnya.
Supriyanta menyebut pihaknya telah mendorong pembayaran secara non-tunai. Namun, lemahnya jaringan internet juga menjadi kendala sendiri.
"Iya non-tunai dengan Qris, tetapi itu harus didukung dengan jaringan internet yang kuat. Sementara di TPR itu belum semuanya ada jaringan internetnya. Ke depan kita arahkan ke non-tunai itu," ucapnya.
TPR yang memiliki jaringan internet kuat, Supiryanta menyebutkan hanya di TPR Baron.
"Kebetulan belum semua TPR ada internetnya. Di Banjarejo itu malah tidak ada sinyal sama sekali. Belum yang Siung, Wediombo," sebutnya.
Supriyanta mengaku pihaknya telah berkoordinasi bersama pihak vendor dan Dinas Kominfo (Diskominfo) untuk penguatan jaringan internet.
"Sudah terkoordinasi baik dengan Diskominfo untuk penguatan jaringan, meskipun tidak merata. Kami sudah berkoordinasi dengan Telkom waktu itu kalau bisa ada CSR terkait penguatan jaringan internet di destinasi. Mungkin karena biaya mahal, CSR masih belum sampai di situ," pungkasnya.
_______________
Artikel ini telah tayang di detikJogja
(wkn/wkn)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan