Objek wisata Green Canyon, Pangandaran, telah dikenal dengan eksotisnya batuan stalaktit dan stalagmit. Tapi tak hanya itu, di sana juga ada hujan abadi yang menjadi daya tariknya.
Menariknya, penamaan hujan abadi yang ada dalam goa Cagar Alam Pangandaran sudah ada sejak lama. Bahkan, meski kondisinya kemarau panjang, tetesan air dari sela-sela batu terus mengalir.
Beragam batuan alam yang terbentuk alami karena tetesan air yang diperkirakan ratusan tahun itu membuat cantik ukirannya. Selain itu, batuan yang berbentuk payung menjadi spot melompat bagi pengunjung yang melakukan body rafting.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nama Green Canyon untuk destinasi itu seakan sangat tepat, airnya yang hijau, pepohonan yang rindang dan asrinya suasana. Nama Green Canyon pertama kali dikenalkan wisatawan asing asal Perancis bernama Bill Jhon yang mengaitkan dengan sebuah ngarai yang ada di Grand Canyon, Arizona, Amerika Serikat yang membelah sungai.
Green Canyon yang akrab disebut Cukang Taneuh itu memiliki magnet kunjungan setiap menjelang hari libur. Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Green Canyon Suhman mengatakan objek wisata Green Canyon ini sudah ada sejak 1990an. Namun baru disatukan menjadi satu destinasi wisata dengan dermaga pemberangkatan pada tahun 1998.
"Dulu namanya masih populer di masyarakat dengan nama Cukang Taneuh, tempat penyeberangan atau jembatan yang terbuat secara alami dari tanah dan bebatuan di atas sungai Green Canyon," kata Suhman kepada detikJabar, Senin (27/5/2024).
![]() |
Menurut dia, nama Green Canyon justru muncul dari wisatawan asal Perancis yang waktu itu diajak berkunjung menyusuri Green Canyon waktu itu sekitar tahun 1998.
"Dulu memang yang pertama kali menemukannya wisatawan asing dengan menyebut mirip dengan Grand Canyon di Amerika Serikat. Makanya lokasi ini disebut Green Canyon, nama itu populer hingga saat ini," ucapnya.
![]() |
Green Canyon menyediakan keindahan berupa aliran sungai yang diapit diantara dua bukit bebatuan yang tembus ke dalam goa. Sementara pada mulut goa terdapat hiasan gemericik tetesan air abadi yang tak pernah surut.
"Memang benar tetesan air abadi atau wisatawan banyak bilang hujan abadi sudah ada sejak dulu saat pertama kali ditemukan," katanya.
Ia mengatakan meski memasuki musim kemarau, kondisi tetesan air abadi terus mengalir. "Kalaupun kemarau, air yang mengalir tetap sama," ucapnya.
______________
Artikel ini telah tayang di detikJabar
(wkn/wkn)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Sound Horeg Guncang Karnaval Urek Urek Malang
Status Global Geopark Danau Toba di Ujung Tanduk