Populasi Suku Tobelo Dalam atau O' Hongana Manyawa, yang hidup secara nomaden di belantara hutan Halmahera, Maluku Utara, tengah disorot. Kini, hanya tersisa 300-500 orang di suku itu.
Keberadaan mereka disebut terancam setelah hutan tergerus akibat kehadiran perusahaan tambang nikel.
"Mereka semua ada di hutan, tapi ancamannya adalah pertambangan. Kalau (perusahaan) tambang bongkar hutan mereka, mereka tidak bisa makan, mereka tidak kuat lagi kalau hutan mereka dibongkar," ujar petugas peneliti dan advokasi Asia dari Survival International, Callum Rusel, dalam keterangannya kepada detikcom dan dikutip Rabu (29/5/2024).
Callum menyebut populasi Suku O' Hongana Manyawa atau Suku Togitil di seluruh Pulau Halmahera sekitar 3.000 orang. Namun, mayoritas sudah keluar dari hutan dan menetap di wilayah perkampungan.
"Tapi ada sekitar 300-500 orang O' Hongana Manyawa yang masih mengisolasi diri (memilih menetap) di hutan," kata Callum.
Callum kemudian mengirimkan foto tetua O' Hongana Manyawa bernama Meme Hairani, yang saat ini menetap bersama penduduk di Desa Saolat, Kecamatan Wasile Selatan, Kabupaten Halmahera Timur. Meme keluar berbaur dengan masyarakat karena hutan sebagai ruang hidupnya dicaplok perusahaan tambang.
"Ini adalah Meme Hairani, orang tua O' Hongana Manyawa yang sekarang tinggal di Saolat. Dia keluar dari hutan karena tidak ada makanan waktu perusahaan bongkar hutan. Jadi dalam video terbaru ini, kami bisa lihat bahwa hutan mereka dibongkar, mereka dipaksa keluar dari hutan untuk minta makanan, jadi ini situasi darurat," ujar Calum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya gaduh tentang tiga orang Suku Tobelo Dalam atau O'Hongana Manyawa mendatangi lokasi pertambangan Kaorahe di wilayah hutan Halmahera, Maluku Utara (Malut). Muncul tudingan penggusuran lahan di balik kemunculan tiga warga Suku Tobelo Dalam tersebut.
Kemunculan tiga warga Suku Tobelo Dalam itu terekam video hingga beredar luas di media sosial. Dalam video beredar, tampak 3 orang suku Tobelo Dalam atau O'Hongana Manyawa yang mendiami belantara hutan Halmahera itu mendatangi area pertambangan.
Mereka disambut dengan ucapan Hobata yang berarti kawan oleh para pekerja tambang. Mereka juga diajak masuk ke sebuah bangunan dan dijamu makan.
Aktivis Masyarakat Adat di Maluku Utara, Munadi Kilkoda, menyebut peristiwa dalam video terjadi di kawasan pertambangan Karoahe yang terletak di antara wilayah hutan Halmahera Tengah dan Halmahera Timur. Kehadiran mereka dinilai terjadi karena hutan sebagai ruang hidupnya telah hilang tergerus aktivitas pertambangan.
"Ya, mereka kehilangan habitat penting itu yang sekian tahun lamanya menopang hidup mereka, habitat yang mereka pertahankan sebagai rumah dan karena itu, habitat tersebut berkontribusi terhadap kelangsungan hidup manusia dan ekosistem lainnya," ujar Munadi.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan