Isu Bali 'Dijajah' Turis Asing Makin Hangat, Bagaimana Suara Mahasiswa?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Isu Bali 'Dijajah' Turis Asing Makin Hangat, Bagaimana Suara Mahasiswa?

Ni Made Nami Krisnayanti - detikTravel
Selasa, 04 Jun 2024 19:05 WIB
Pelancong pelesiran di Desa Wisata Penglipuran, Bangli, Bali, saat libur Lebaran 2024. Desa itu sampai dikunjungi 7 ribu turis per hari.
Foto: Desa Penglipuran dipadati wisatawan (dok. Pengelola Desa Penglipuran)
Badung -

Isu pariwisata Bali yang sedang tidak baik-baik saja ternyata sudah sampai ke telinga mahasiswa. Mendengar isu Bali 'dijajah' turis asing, mahasiswa pun buka suara.

Baru-baru pariwisata Bali digegerkan dengan kemunculan "New Moscow" di peta wilayah Canggu. Pemerhati pariwisata Prof. Dr. Drs. I Putu Anom, M.Par, yang juga Guru Besar Pariwisata Universitas Udayana berpendapat fenomena ini menunjukkan jika Canggu banyak dihuni wisman Rusia.

Selain itu, melalui salah satu unggahannya di media sosial, pendiri Wanda House of Jewels, Wanda Ponika, bahkan menyatakan bahwa Bali dijajah turis asing, karena banyak WNA yang memulai bisnis dan bekerja dengan visa turis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Isu pariwisata Bali yang sedang tak baik-baik saja dan kini "dijajah" oleh turis asing ternyata sudah sampai ke telinga mahasiswa. Isu ini pun mendapatkan tanggapan dari Dian Putri, salah satu mahasiswa di Universitas Udayana.

Dian mengungkapkan kekhawatirannya sebagai mahasiswa, sekaligus warga lokal Bali. Terlebih ketika turis asing mulai "mencuri" sumber ekonomi dari para warlok.

ADVERTISEMENT

Tentu situasi ini akan mengurangi kesempatan warga lokal untuk membangun bisnis atau usaha mereka di tanah sendiri. Jangan sampai warga lokal menjadi orang asing di tanah kelahirannya.

"Kalau aku sendiri, tentu khawatir banget ya. Bali itu nggak terlalu luas, sedangkan turis terus berdatangan apalagi banyak mendirikan usaha. Tentu ini bisa mengurangi kesempatan kita sebagai warga lokal untuk membangun bisnis di tanah sendiri. Bahkan jangan sampai warga lokal itu jadi orang asing di tanah kelahirannya," ungkap Dian.

Sebagai mahasiswa ekonomi, Dian juga menyoroti beberapa indikasi oknum turis asing yang melakukan usaha secara illegal tentu akan menyebabkan kebocoran pendapatan di pemerintah daerah.

Sependapat dengan Dian, Eka Sevia pun memberikan suaranya terhadap kondisi pariwisata Bali. Ia menyebut permasalahan ini bisa kita tengok dari dua perspektif, yaitu dampak positif dan negatifnya.

Menurut Eka, jika semua usaha yang dijalankan oleh turis asing sudah sesuai dengan prosedur dan aturan yang berlaku, tentu ini akan menjadi lapangan pekerjaan baru bagi warga sekitar. Pendapatan daerah yang bersumber dari pajak pun juga akan meningkat.

"Jika turis asing membuka usaha, tentu harus sesuai aturan yang berlaku. Jika sudah sesuai aturan, maka akan membuka lapangan pekerjaan. Pendapatan daerah juga meningkat, terutama dari pajak," ujar Eka.

Namun, jika turis asing yang datang dan membangun berbagai macam usaha dan tak mengindahkan peraturan yang berlaku. Tentu ini akan berdampak buruk terhadap Bali. Mulai dari segi lingkungan hingga ekonominya.

"Kalau tidak sesuai aturan, tentu akan berdampak negatif. Apalagi kalau melakukan pembangunan usahanya sampai merusak alam, itu kan nggak baik. Usaha-usaha turis juga membuat persaingan semakin ketat, jadi warlok akan kehilangan sumber pendapatan," imbuh Eka.

Sebagai mahasiswa dan warga asli Bali, Dian berharap pihak terkait seperti pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat selalu bersinergi untuk menjaga ajeg bali.

"Harapanku ke depannya semoga semua pihak terkait seperti pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat selalu bersinergi untuk menjaga ajeg bali dan semoga ke depannya generasi muda Bali lebih berkontribusi untuk tanah kelahirannya sendiri," tutup Dian.




(wsw/wsw)

Hide Ads