Untuk pertama kalinya, aksi bayi dugong terekam kamera sedang bermain di dekat kapal nelayan di pantai Mali, Alor, NTT.
Mawar, dugong (Dugong dugon) berkelamin jantan yang dikenal sebagai penghuni perairan Pantai Mali, Alor, terekam kamera sedang bermain dengan satu individu bayi dugong.
Penampakan langka ini berhasil diamati oleh Engky Bain, anggota Forum Komunikasi Nelayan Kabola, yang melihat bayi dugong tersebut berenang bersama Mawar dan Melati (dugong betina).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam video pendek berdurasi kurang dari satu menit itu, Mawar tampak menggendong bayi dugong di punggungnya, lalu berenang kembali bersama satu dugong dewasa lainnya, seperti sedang bermain.
Penemuan ini dikonfirmasi oleh Ketua Forum Komunikasi Nelayan Kabola, Onesimus La'a atau yang biasa disapa Pak One.
"Saya sudah sempat melihat bayi dugong itu, namun seringnya dia dan dugong Melati menghindari kapal, tidak seperti Mawar. Akhirnya kemarin anggota Forum berhasil mendokumentasikan kemunculan ketiga ekor dugong tersebut bermain di dekat kapal. Jadi kami ingin pastikan lamunnya cukup untuk tiga ekor dugong, Mawar itu kan selalu berada di wilayah ini karena makanannya melimpah. Kalau perlu dilakukan rehabilitasi lamun, kelompok kami siap membantu," ujar Pak One dalam keterangannya, Jumat (10/10/2025).
Ranny R. Yuneni, Koordinator Nasional Program Spesies Laut Dilindungi dan Terancam Punah, Yayasan WWF-Indonesia mengatakan Kehadiran dua individu dugong lain selain Mawar membuktikan bahwa bahwa ekosistem lamun di Pantai Mali, Alor memiliki kualitas ekologis yang mampu menyediakan ruang hidup dan sumber pakan bagi dugong.
"Sebagai langkah lanjutan, WWF-Indonesia bersama mitra pemerintah dan masyarakat berencana melaksanakan survei mamalia laut di Alor pada tahun ini, mencakup pemantauan populasi dugong, lumba-lumba, dan paus di perairan Alor. Survei ini akan memperkuat dasar ilmiah pengelolaan habitat mamalia laut di Alor, dengan mengaitkan data populasi dan perilaku dugong serta mamalia laut lainnya dengan kondisi padang lamun sebagai habitat utamanya," imbuh dia.
Upaya konservasi lamun di Alor telah dilakukan oleh WWF-Indonesia bersama Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengelola Taman Perairan Kepulauan Alor dan Laut Sekitarnya yang merupakan perpanjangan tangan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Tahun 2024, WWF-Indonesia telah melaksanakan survei awal untuk mendukung program rehabilitasi lamun di perairan Pantai Mali. Hasilnya menunjukkan bahwa kondisi padang lamun di kawasan ini termasuk dalam kategori padat hingga sangat padat (kategori kaya/sehat) dengan tutupan 73-76%.
Sebanyak delapan jenis lamun dari dua famili teramati, termasuk jenis makanan favorit Mawar, Halophila ovalis. Peningkatan aktivitas wisata di sekitar habitat dugong pun perlu diimbangi dengan penerapan kode etik wisata secara ketat untuk mencegah gangguan terhadap perilaku alami spesies tersebut.
"Keseimbangan antara konservasi dan pariwisata menjadi kunci. Wisata berbasis konservasi harus memastikan bahwa interaksi dengan dugong tetap aman, berjarak, dan tidak mengubah pola makan atau migrasinya. Termasuk pengaturan jumlah kapal, kecepatan, serta etika pengamatan harus diterapkan dengan disiplin," ujar Ranny.
Kemunculan bayi dugong ini menjadi simbol keberhasilan konservasi berbasis masyarakat di Alor. Hal ini menunjukkan bahwa manusia dan satwa laut dapat hidup berdampingan secara harmonis bila habitatnya dijaga bersama.
"Dugong merupakan biota perairan dilindungi nasional dengan status Vulnerable menurut daftar merah IUCN. Adanya dua individu baru dugong di Alor adalah bukti nyata bahwa upaya menjaga ekosistem laut, khususnya padang lamun, membuahkan hasil. KKP terus berkomitmen untuk memperkuat konservasi dugong melalui pengelolaan kawasan konservasi perairan, pemantauan populasi dan pengawasan, serta peningkatan kesadaran masyarakat. Kami juga memberikan apresiasi tinggi kepada masyarakat, mitra, dan lembaga yang selama ini konsisten menjaga laut Alor, sehingga dugong dapat tetap hidup dan berkembang biak di habitat alaminya," ujar Sarmintohadi, Direktur Konservasi Spesies dan Genetik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Tak Lagi Jadi Menkeu, Sri Mulyani Sibuk Liburan ke Yogya
Kisah Pengkhianat Mataram, Makamnya Diinjak-injak Orang Setiap Hari
Desa Cantik Tempat El Rumi Melamar Syifa Hadju