Ssst, Ini Dua Wisata Beda di Yogyakarta

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ssst, Ini Dua Wisata Beda di Yogyakarta

Yogaku Puspita Rini Sagal - detikTravel
Senin, 11 Agu 2014 10:54 WIB
loading...
Yogaku Puspita Rini Sagal
Curug Watu Jonggol meliuk-liuk dengan cantiknya
Saatnya melakukan tea walking di sini
Kebun Teh Tritis yang mungil nan sejuk
Pemandangan hutan pinus dalam perjalanan menuju kebun teh
Ssst, Ini Dua Wisata Beda di Yogyakarta
Ssst, Ini Dua Wisata Beda di Yogyakarta
Ssst, Ini Dua Wisata Beda di Yogyakarta
Ssst, Ini Dua Wisata Beda di Yogyakarta
Jakarta - Jogjakarta tak hentinya menawarkan pesona wisata yang bisa dijelajah para traveler. Melanconglah ke arah Kulon Progo. Di sana ada dua objek wisata yang beda yang bisa didatangi. Penasaran?Β Perbukitan Menoreh di Kulon Progo, Yogyakarta tak hentinya memberikan kejutan-kejutan alam menarik yang tak pernah disangka sebelumnya. Jika biasanya Yogyakarta terkenal dengan wisata kuliner, pantai atau candinya, ternyata Jogja juga memiliki hal yang beda.Ada sebuah air terjun di kaki Bukit Menoreh, yang letaknya tak jauh dari kebun teh mungil yang biasa dikenal dengan nama Kebun Teh Tritis. Kedua tempat ini menarik untuk dikunjungi karena di sana pengunjung bisa menikmati segarnya air terjun dan hamparan luas hijaunya tanaman teh yang tersusun rapi.Untuk mencapai tempat ini, para pengunjung bisa berkendara sekitar kurang lebih satu setengah jam dari Kota Jogja melewati jalan Godean menuju ke arah Pasar Plono, Samigaluh, Kulon Progo. Akses jalan menuju kedua tempat ini tidaklah susah dan pemandangan menuju ke sana pun sungguh menyegarkan.Curug Watu Jonggol berada di Desa Nglinggo, tidak jauh dari jalan utama yang menghubungkan wilayah Plono dan Nglinggo. Bisa dibilang jalanan ini cukup menanjak sehingga pengunjung diharapkan berhati-hati ketika berkendara. Ketika sudah sampai Desa Nglinggo, pengunjung akan menemukan papan penunjuk jalan di sebelah kiri yang menunjuk ke arah Curug Watu Jonggol ini.Ikuti saja jalan tersebut maka pengunjung akan sampai di rumah warga yang halamannya dijadikan tempat parkir kendaraan. Dari tempat parkir ini, para pengunjung masih harus berjalan kaki menyusuri jalan setapak kecil yang menurun sekitar lima belas menit.Suara gemericik air seolah menyambut kedatangan tiap pengunjung, meskipun mereka belum melihat wujud air terjun ini. Setelah itu, dari seberang terlihat sebuah air terjun tunggal menyempil di antara rimbunan pepohonan di sekitarnya.Curug Watu Jonggol ini terbilang cukup tinggi, dengan debit air yang tidak terlalu besar ketika musim kemarau tiba. Namun demikian, aliran sungai kecil yang berada di bawahnya cukup menggoda pengunjung untuk segera bermain air di sana.Hal unik lainnya, untuk mencapai tempat ini, pengunjung harus menyebrangi sungai kecil. Sungai tersebut harus diseberangi dengan melewati sebuah jembatan bambu kecil seadanya yang dibuat warga. Jembatan ini menjadi daya tarik tersendiri karena tidak semua orang berani menyebranginya dengan tenang.Selain itu, ada juga sebuah gubug kecil yang bisa digunakan untuk beristirahat setelah bermain air atau sekedar meletakkan barang bawaan mereka ketika mereka menikmati segarnya air di sana.Setelah puas bermain air di Curug Watu Jonggol, tak ada salahnya untuk menyempurnakan perjalanan ini dengan menikmati hamparan tanaman teh yang tumbuh rapi dan hijau. Kebun Teh Tritis layak menjadi penyempurnanya. Kebun teh milik keluarga ini memang mampu memanjakan mata.Letaknya yang hanya sekitar sepuluh menit berkendara dari Curug Watu Jonggol membuatnya sayang untuk dilewatkan begitu saja. Untuk bisa sampai ke tempat ini, pengunjung harus memacu kendaraan mereka menuju Desa Tritis. Memang tidak ada penunjuk jalan untuk mencapai lokasi ini. Namun tenang saja, ada warga sekitar akan dengan senang hati menunjukkan jalannya.Jika beruntung, pengunjung bisa mampir ke rumah si empunya kebun teh ini dan mencicipi teh hijau yang mereka olah sendiri. Seperti yang saya alami waktu itu. Tanpa sengaja saya dan ketiga teman saya terjebak hujan.Dengan ramah, Ibu Purwanto, pemilik kebun teh ini, mempersilakan saya dan teman-teman untuk berteduh dan menyuguhkan empat cangkir teh hangat hasil kebun mereka sendiri. Rasanya berbeda dengan teh yang dijual pada umumnya lho. Saya termasuk sangat beruntung karena bisa mencicipi teh asli yang diolah dengan sederhana tanpa ada tambahan apapun dan menikmatinya di sana.Secara keseluruhan, kedua tempat ini sangat cocok dijadikan salah satu pilihan traveling kalian. Keduanya mampu membuat pikiran pengunjung kembali segar dan siap menghadapi hari-hari selanjutnya.Suasana yang masih sangat alami dan interaksi dengan penduduk sekitar yang sangat ramah menjadikan tempat ini begitu menyenangkan. Dan satu hal lagi yang tak kalah pentingnya, keduanya dapat kalian nikmati secara cuma-cuma. Jadi tunggu apa lagi?
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads