3 Hari Tak Terlupakan di Bromo
Eko Wahyu Wijayanto - detikTravel
Minggu, 24 Nov 2013 10:40 WIB
Jakarta - Mentari pagi dan pemandangan khas gunung membuat Bromo tak pernah kehabisan wisatawan yang ingin menikmati keindahannya. 3 Hari liburan ke sana benar-benar menjadikan liburan yang tak terlupakan. Pengalaman pertama yang tidak bisa dilupakan begitu saja saat traveling ke Bromo. Berawal dari obrolan-obrolan iseng bersama Mbak Wening di Facebook, tentang acara mengisi waktu luang saat weekend untuk mengusir rasa penat di kantor. Saya iseng mengikuti saran buat backpackeran pada pertengahan Juni tahun lalu.Saya dan Mbak Wening mencoba mengajak teman yaitu si Mas Wawa dan Melly. Kamipun sepakat, weekend dan backpackeran pada tanggal 22-24 Juni 2012 ke Gunung Bromo. Ini pengalaman pertama saya bersama teman-teman saya pergi ke Bromo dan pertama kali juga saya ke sana. Dalam hati saya berkata "Sumpah, nggak sabar untuk cepat-cepat sampai ke Bromo".Sebelum berlanjut ceritanya, kita lihat sejarahnya Gunung Bromo dulu.Kata Gunung Bromo berasal dari bahasa Sanskerta yakni Brahma, salah seorang Dewa Utama Hindu. Gunung ini adalah gunung berapi yang masih aktif dan sebagai obyek wisata terkenal di Jatim. Bromo yang mempunyai ketinggian 2.392 mdpl itu berada di empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Malang.Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi. Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah kurang lebih 800 meter (utara-selatan) dan sekitar 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo, demikian dikutip dari Wikipedia.Setelah merasa yakin dan teman-teman saya juga merasa setuju, kamipun memulai dengan mencari data-data, biaya, rute perjalanan, cerita-cerita para backpacker yang sudah lebih dahulu menaklukan Gunung Bromo dan transportasi yang akan memudahkan kita untuk backpack ke Bromo. Maklum sih baru pertama kali ke sana begitupun ketiga teman saya.Banyak data yang sudah kami kumpulkan. Semoga membantu perjalanan kami menuju Gunung Bromo. Waktu begitu lama ketika saya melihat kalender yang baru tanggal 21 Juni 2012. Saya sudah tidak sabar untuk secepatnya menuju Bromo begitupun ketiga teman-temanku.Meski keadaan uang di dompet dan di ATM amat sangat minimalis saya tetap bertekad untuk berangkat bersama teman-teman saya. Alhamdulilah! Kamis itu uang makan keluar dan jumlahnya lumayan untuk menambah acara jalan-jalan kami.Hari ke-1Hari berganti menjadi Jumat, 22 Juni 2012 meski harus masuk kerja dengan aktivitas seperti biasa yaitu senam pagi, bola voli dan kemudian dilanjutkan dengan bulutangkis. Ingin rasanya cepat-cepat pulang kantor dan bersiap untuk melakukan perjalanan menuju Bromo.Saatnya pulang di mana waktu yang saya tunggu. Saya dan Mas Wawa sepakat berangkat pukul 19.00 WIB, malam dari kosan dan janjian dengan teman-teman yang lainnya di Terminal Bus Giwangan,Yogyakarta.Jam menunjukkan pukul 19.00 WIB, sayapun sudah siap untuk berangkat menuju Bromo. Saya menunggu kabar dari Mas Wawa dan kabar dari yang lainnya. Kemudian saya mendapat kabar dari Mbak Wening bahwa dia berangkat menuju Terminal Giwangan, Yogyakarta. Saya bersama Mas Wawa memaju kencang motor supaya cepat sampe ke Terminal Giwangan.Sesampainya di Terminal Giwangan, motor kami parkirkan di tempat penitipan motor. Biaya penitipan motor 3 hari sebesar Rp 4.000. Setelah memarkirkan motornya Mas Wawa kamipun kemudian mencari tempat yang sudah ditentukan sebagai tempat bertemu dengan kawan yang lainnya. Berhubung saya dan Mas Wawa tidak pernah sama sekali ke terminal ini.Kami menggunakan insting pencarian ke ruang tunggu lantai 2. Kami bertemu dengan Melly. Suasana ruang tunggu terminal amat sepi padahal jam baru menunjukkan pukul 19.30 WIB. Suasana sepi menemani saya, Mas Wawa dan Melly. Kami menunggu Mbak Wening yang ternyata masih dalam perjalanan dengan seseorang yang mengantarkannya.Tepat 19.45 WIB Mbak Wening, datang dan kamipun segera mencari bus malam cepat untuk menuju Surabaya. Kami memutuskan untuk naik bis malam patas 'Eka' dengan tarif Rp 63.000 per orang. Meski mendapat tempat duduk agak di bagian belakang, kami berempat menikmati perjalanan menuju Surabaya yaitu Terminal Purabaya, tepat keberangkatan kami pukul 19.50 WIB. Supir bis mengemudikan bisnya dengan cepat.Di perjalanan, kami berempat meski merasa capek setelah melakukan aktivitas perkantoran. Kami masih saja sempat bersenda gurau hingga tak disangka kamipun tertidur.Hari ke-2Tersadar dari tidur waktu sudah menunjukkan pukul 00.00 WIB kami berhenti sejenak di daerah RM Duta Ngawi, Jawa Timur. Saya memilih makan soto ayam bersama Mbak Wening dan Mas Wawa, Melly, mereka memilih makan nasi rawon. Kami melanjutkan keberangkatan menuju Surabaya kembali tepat pukul 00.30 WIB dengan kondisi perut sudah terisi makan saya melanjutkan tidur saya dan berharap cepat sampai ke Terminal Purabaya, Surabaya. Tepat pukul 04.15 WIB dini hari, kami sampai di terminal.Kami lekas mencari toilet dan mushala untuk segera melanjutkan perjalanan menuju Probolinggo. Kami menaiki bis Jawa Indah dengan tarif Rp 14.000 per orang. Meski bisnya tidak ada AC tapi lumayan bagus, terlihat seperti bis baru.Perjalanan menuju Terminal Bayu Angga, Probolinggo, Jawa Timur ditempuh dalam waktu kurang lebih 2,5 jam. Perjalanan kali ini berbeda dengan semalam karena dengan bis ini lumayan agak telat karena menunggu penumpang hingga penuh. Tapi tidak apalah yang penting cepat sampai ke tujuan.Kanan dan kiri jalan dipenuhi dengan pemandangan. Kita juga bisa melihat saat di daerah Sidoarjo, Jawa timur yaitu benteng Lumpur Lapindo dengan banyak tulisan kekecewaan terhadap pemerintah atau sindiran-sindiran akan keberadaan dan tindak lanjut permasalahan dari Lapindo. Semoga masalahnya akan segera selesai dan tuntas kemudian tidak ada pihak yang dirugikan. Amin.Akhirnya, perjalanan kamipun sampai ke Terminal Bis Bayu Angga, Probolinggo. Kondisi cuaca dan udara sejuk. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan menuju Gunung Bromo yang harus dilalui menggunakan Elf/Bison.Dikarenakan kami hanya berempat, kamipun dikenalkan dengan seorang wisatawan asing asal Italia yaitu Malvina yang juga akan menuju ke Bromo. Dia sudah menunggu kawan untuk naik Elf menuju Bromo dari pukul 04.00 pagi.Sewa Mobil Elf menuju Bromo hingga ke penginapan yang akan kami tuju sekitar Rp 60.000 per orang karena kekurangan jumlah penumpang yang diharuskan 8 orang, jadi mau tidak mau kami mengikuti harga setelah bernego bersama sopir Elf itu. Dalam hati saya berkata "Memangnya kuat ya? Semoga lancar-lancar saja".Sembari menunggu Bison milik Pak Maksum siap untuk berangkat, kamipun menunggu dengan sarapan yaitu bekal kami yang sudah kami bawa dari Yogyakarta. Kami sempat berfoto bersama Malvina dan kami senang berkenalan dengannya karena dia lumayan ramah.Tepat pukul 08.40 WIB kami bersama Malvina berangkat menuju Bromo yaitu daerah Cemoro Lawang. Di sepanjang jalan menuju Cemoro Lawang, kami disuguhkan dengan pemandangan pegunungan di daerah Bromo. Perjalanan menuju Cemoro Lawang, Bromo kurang lebih 1 jam lebih dengan rute perjalanan yang sangat berkelok-kelok dan lumayan amat curam.Meskipun demikian, perasaan terobati dengan keindahan pemandangan sepanjang perjalanan menuju Cemoro Lawang. Tak bisa diungkapkan dengan kata-kata yang bisa melukiskan betapa indahnya ciptaan Allah.Sungguh tak menyesal dan tak menyangka bisa hampir sampai ke Bromo. Suasana di dalam Elf/Bison itu sangat menyenangkan meski agak bergoyang-goyang dan agak membuat pusing tapi karena dinikmati jadinya senang.Meski hanya berlima di dalam ELF/Bison kami merasakan kesenangan. Kira-kira setengah jam kamipun tiba di daerah Cemoro Lawang dan menginap di penginapan yang kami sudah sepakati yaitu Homestay Tengger Permai.Tepat pukul 09.30 WIB dan setelah bernego ria dengan pemilik homestay tersebut, kami memasuki kamar yang lumayan bagus dan suasananya enak untuk beristirahat. Tarif kamar Rp 120.000, jadi harga kamar per orangnya Rp 30.000. Udara pegunungan itu sangat sejuk dan indah meski temanku pada kedinginan tapi dinikmati saja.Setelah kami beristirahat dan obrolan kami mengenai aktivitas apa yang akan dilakukan setelah itu. Kami bergegas mencari informasi untuk kegitan yang akan kita lakukan esok saat melihat matahari terbit dan ke puncak Bromo.Kami mencari info di perkumpulan Jeep Bromo dan menanyakan harga menyewa Jeep serta rute untuk melihat matahari terbit dan ke puncak Bromo. Kami menyewa Jeep yang harganya Rp 350.000 per Jeep. Berhubung kami hanya ingin melihat matahari terbit dan ke penanjakan satu saja. Karena kalo ada penambahan ke Padang Savana dan Pasir Berbisik kami harus menambah biaya sekitar Rp 150.000.Kemudian kamipun jalan-jalan di sekitar tempat menginap kami. Kami merasa terpesona melihat pemandangan di sekitar kami. Syukurlah, ada sebuah tempat untuk nongkrong dan melihat indahnya Gunung Bromo dari Cafe Cemara Indah.Saya merasa tidak menyangka bisa sedekat itu dengan Gunung Bromo. Saya tidak lupa mengambil foto dan benar-benar merasa bahagia bisa melihat Gunung Bromo dari sisi itu.Tepat pukul 12.00 WIB, saya dan teman-teman makan di warung makan yang ada di dekat penginapan. Berhubung lapar, saya memesan nasi goreng dan minum kopi hangat, harganya sekitar Rp 12.000. Setelah merasa kenyang, kami kembali ke penginapan untuk beristirahat menunggu sunset di tempat tadi siang kami nongkrong. Semoga saja tidak diusir sama pemilik cafe tersebut.Meski badan capek dan letih, kami masih sempat bercanda di penginapan. Tepat pukul 15.40 WIB, kami siap-siap untuk melihat sunset. Meski badan merasa kedinginan saya paksakan untuk mandi dan ternyata airnya dingin sekali membuat badan ini segar tetapi menggigil juga.Saya merasa udara sore itu belum terasa dingin karena sudah terbiasa berada di kondisi udara dingin. Saya dan teman-teman saya berangkat menuju Cafe Cemara Indah yang berjarak 10 menitan berjalan kaki dari penginapan.Ternyata sesampainya di Cafe Cemara Indah, sudah banyak wisatawan baik asing maupun domsetik yang bersiap dengan kamera DSLR. Saya hanya siap dengan kamera di ponsel saya saja. Ya lumayan hasil jepretannya, tidak jauh beda juga sama kamera yang bagus sama kamera DSLR teman saya.Lihat saja hasilnya. Lumayan bisa mengabadikan saat sunset meski dengan kamera ponsel seadanya. Setelah itu saya bersama teman-teman saya kembali ke penginapan yang sudah puas dengan pemandangan sunset pertama kali di Bromo.Waktu berganti malam, dan kamipun merasa lapar dan mencari tempat makan yang terdekat dengan penginapan kami. Ternyata ada juga warung bubur kacang hijau seperti yang ada di Yogyakarta. Kami masuk ke sana dan memesan makan.Saya memesan indomie telor dan teh hangat dengan harga Rp 12.000. Suasana di warung makan itu sangat bersahabat karena warga sedang asik bernyayi dan bersenda gurau.Sudah merasa kenyang kamipun bergegas menuju penginapan karena sudah mengantuk. Sesampainya ke penginapan, saya mengisi batrei ponsel saya karena persiapan besok pagi menuju Pananjakan 1 untuk melihat matahari terbit.Pukul 00.00 WIB, baterai ponsel penuh dan saya bergegas untuk menyusul teman saya yang sudah tertidur pulas. Saya belum merasa dingin sekali, saya putuskan hanya memakai selimut saja karena melihat teman-teman saya yang sudah dirangkap 4 dan masih kedinginan.Hari ke-3Memasuki pagi hari di Bromo itu rasanya benar-benar sejuk, berbeda dengan kota-kota besar yang udaranya sudah tercemar dengan polusi. Pukul 03.00 WIB, kami dibangunkan oleh supir Jeep yang telah dijanjikan untuk menjemput kami menuju Penanjakan 1 melihat matahari terbit.Rute perjalanan menuju Pananjakan 1 lumayan curam dan merasakan terjal untuk mencapai Pananjakan 1. Akhirnya kami sampai di Pananjakan 1 dan sudah terlihat banyak sekali orang-orang yang sudah berkumpul di sana.Subhanallah, keindahan Gunung Bromo ketika sunrise itu sangatlah menakjubkan. Tidak menyesal bisa melihat sunrise dari Bromo. Setelah merasa puas dengan pemandangan dan keindahan sunrise di Pananjakan 1, kami melanjutkan perjalanan menuju Kawah Gunung Bromo yang sangat saya nantikan.Tepat pukul 07.30 WIB, kami sampai di parkiran Jeep di dekat kawah Gunung Bromo. Kami memulai penanjakan ke atas kawah tersebut. Meski sudah pesimis namun dinikmati saja karena sudah sejauh ini saya sampai ke sini dan tak mungkin tidak sampai ke kawah Gunung Bromo.Semangat sudah menggebu-gebu di benak saya ingin mencapai puncak kawah Bromo bersama teman saya. Ternyata satu dari teman saya tidak kuat melanjutkan pendakian.Tersisa saya, Mbak wening dan Mas Wawa yang ingin sekali menuju ke Puncak. Penuh perjuangan dan istirahat juga karena terjal sekali medannya yang bercampur angin dan debu dari pasir-pasir bekas letusan dahulu.Ah, lelah dan mungkin saya tidak kuat namun saling menguatkan satu sama lain di antara kami bertiga pejuang yang masih bertahan untuk mencapai puncak. Alhasil, saya, Mbak Wening dan Mas Wawa sampai di puncak. Rute yang telah kami lewati, debu yang bertebaran di mana-mana dan kelelahan kemudian dehidrasi membuat kami tak menyangka bisa sampai di puncak.Kami bertiga tidak menyangka bisa sampai di puncak kawah tersebut dan merasa mendapatkan kepuasan. Bisa melihat kawah itu dari dekat itu merupakan kepuasan untuk diri saya yang pertama kali menginjakkan kaki saya ke Gunung Bromo bersama teman-teman saya.Bersyukur sekali bisa sampai di puncak sana tepat pukul 08.00 WIB. Setelah puas menikmati keindahan pemandangan dari puncak itu, kami bertiga memutuskan untuk turun meski dalam hati kami bertiga malas untuk turun ke bawah dan masih betah.Turun dengan langkah yang berat meninggalkan puncak itu rasanya ingin terus berada di atas puncak. Tak lupa kami bertiga mengabadikan foto sesampainya di pertengahan jalan turun dengan meminta bantuan wisatawan juga yang sedang menikmati kawah tersebut.Setelah mencapai, di bawah kami menemui teman kami yang tadi tidak mampu ke puncak. Kemudian kami memutuskan untuk kembali ke penginapan dan bersiap pulang ke Yogyakarta. Sesampainya di penginapan, kira-kira pukul 10.00 WIB kami ditawari untuk menyewa mobil saja turun ke Terminal Bayu Angga.Tarif per orang Rp 40.000 dengan mobil lumayan bagus dibandingkan ketika naik Bison yaitu menyewa Avanza bersama kedua wisatawan asing berasal dari Prancis. Perjalanan pulang menuju Terminal Bayu Angga sangat berat karena masih betah berada di sini, dari mulai penduduk asli Bromo yaitu Suku Tengger yang benar-benar ramah dan dirindukan.Sesampainya di Terminal Bayu Angga, Probolinggo kami memilih bis Ladju untuk menuju Terminal Purabaya, Surabaya. Tarif bis tersebut lebih murah yaitu Rp 12.000 per orang sampai Surabaya. Sesampainya di Terminal Purabaya, kami beristirahat sejenak untuk makan dan persiapan rute perjalanan menuju Yogyakarta.Kami makan soto ayam dan es teh manis seharga Rp 11.000. Perjalanan menuju Yogyakarta kami menggunakan bis patas Mira seharga Rp 38.000 per orang. Perjalanan dengan bis ini lumayan lebih lama dibandingkan dengan bis Eka dan tidak berhenti makan di Ngawi, Jawa Timur karena langsung menuju Yogyakarta dan tidak berhenti di RM Duta seperti bis Eka.Tepat pukul 23.15 WIB kami sampai di Terminal Giwangan, Yogyakarta. Sebenarnya masih panjang lagi ceritanya, karena saya sudah bingung bagaimana menggambarkan keindahan dan perasaan saya di perjalanan menuju Gunung Bromo dan kembali ke kostan tercinta di Yogyakarta.Budget:Penitipan Motor 3 hari dengan tarif Rp 4.000Bis malam Patas Eka dengan tarif Rp 63.000 per orangBis Jawa Indah dengan tarif Rp 14.000 per orangSewa mobil ELF/Bison Rp 60.000 per orangHomestay Tengger Permai Rp 120.000 per kamar atau Rp 30.000 per orangSewa Jeep Rp 350.000 atau Rp.87.500 per orangNasi goreng dan minum kopi hangat sekitar Rp 12.000Indomie telor dan teh hangat dengan harga Rp 12.000Sewa mobil Avanza Rp 40.000 per orangBis Ekonomi 'Ladju' Rp.12.000, per orangMakan soto ayam dan es teh manis Rp 11.000Bis Patas Mira Rp 38.000 per orangJadi total pengeluaran Rp 383.500 (belum termasuk camilan dan bekal dari Yogyakarta). Semoga bermanfaat dan happy holiday!
(travel/travel)












































Komentar Terbanyak
Awal Mula PB XIV Purbaya Gabung Ormas GRIB Jaya dan Jadi Pembina
Fadli Zon Bantah Tudingan Kubu PB XIV Purbaya Lecehkan Adat dan Berat Sebelah
Wisata Guci di Tegal Diterjang Banjir Bandang, Kolam Air Panas sampai Hilang!