Antara Mosso dan Sinahari

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Antara Mosso dan Sinahari

- detikTravel
Rabu, 09 Nov 2011 16:07 WIB
Jakarta -  Gunung Binaiya, 12 hari trekking. Ehm…Pertama kali melihat itinerary yang di berikan saat briefing ACI 2011 saya tercengang dan saat itu juga pikiran saya langsung kemana-mana. Mulai dari penasaran akan medannya, perlengkapan pribadi apa aja yang harus di bawa sampai dengan fisik saya mampu atau tidak ya? Perjalanan pertama dimulai dari Desa Mosso. Desa ini bisa dicapai dengan kapal cadik dari pelabuhan Tehoru. Biaya peyeberangannya pun relatif murah. Hanya dengan Rp20.000,- kita akan diantar oleh nelayan sampai ke Mosso. Di Mosso ini kami bertemu dengan beberapa porter yang akan menemani pedakian kami selama 12 hari kedepan. Semua perlengkapan dan logistik kami cek lagi malamnya. Semua siap! Pendakian pun siap di mulai juga.Tepat tangal 13 Oktober 2011 pukul 09.00 WIT, Saya, Dharma, Brama, teman-teman mapala UNPATTI dan 5 porter asal Moso, memulai pendakian. Semua anggan-anggan saya tentang gunung yang notaben nya adalah gunung tertinggi di Maluku ini terjawab. Begitu kami meninggalkan batas pemukiman desa Moso, jalur track yang panjang menyambut kami. Hutan dengan vegetasi yang masih rapat memang lumayan mengurangi panas. Tapi nafasngos-ngosan memang tak  bisa saya sembunyikan. Dengan keringat yang bercucuran kami terus melangkah. Naik, tutun, naik dan turun. Hanya ada kata itu yang cocok untuk menggambarkan jalur pendakian hari itu karena kami tak menemukan jalan rata.  Lega ketika kami memasuki jalur track yang agak landai. Bonus pikir saya! Dan, ternyata memang benar. Bonus karena siang itu kami berhenti tempat itu beberapa saat untuk makan siang. Pak Dullah, ketua porter, bilang kalau tempat itu namanya Kampung Sinahari. Kampung? Dalam pikiran saya yang namanya kampung itu ada banyak rumah dan penduduknya. Tapi yang saya lihat justru beda. Hanya ada pohon dan pohon saja. Tak lama kemudian Pak Dullah mengambil drigen untuk mengambil air. Di Binaiya ini pendaki akan sedikit dimanjakan karena tak harus menguras tenaganya untuk membawa ber liter-liter air. air di sini sangat melimpah. Saya pun tak mau ketinggalan, saya langsung mengekor di belakang Pak Dullah. Tidak terlalu jauh memang, kami hanya cukup menaiki bukit kecil satu dan turun. Sebelum sampai ke sumber mata air kami di suguhi rumah adat yang sepi tak terlihat satupun penghuninya. Teryata rumah itu adalah rumah adat suku Aliffuru gunung yang sudah tidak berpenghuni. Penghuninya pindah karena ada salah satu dari anggota keluarganya yang meninggal. Ya, itu lah adat suku asli Pulau Seram itu. Meninggalkan rumah ketika ada salah satu anggota keluarganya yang meninggal. Mereka percaya bahwa rumah itu membawa sial. Jadi, mereka harus meninggalkan rumah itu dan membangu rumah baru. Selama mengambil air, Pak Dullah bercerita banyak tentang suku Aliffuru ini. dan setelah selesai mengisi beberapa botol dan drigen kami langsung naik. Pak Dullah mengajak kami untuk melihat makam suku Aliffuru yang tak jauh dari tempat kami mengambil air. Suku manusia pertama ini memakamkan mayat di batu-batu besar yang mereka anggap keramat. Saat itu kami melihat 2 makam yang letaknya hampir berjejer. Setelah mengambil beberapa angel foto kami pu segera turun dan kembali ke tempat semula dan segera masak. Sembari menunggu teman-teman UNPATTI memasak, saya dan Dharma turun ke salah satu lebah setelah tau bahwa di situ ada lagi 1 rumah adat suku Aliffuru yang masih berpenghuni. Kami segera kesana. Tapi kami sedang tidak beruntung, penghuninya sedang pergi. Jadi kami hanya melihat dan mengabadikan setiap detil rumah adat itu saja. Setelah merasa cukup, kami pun kembali dan ternyata makanan sudah siap. Menu siang itu adalah nasi, sarden, dan tumis ikan asin. Setelah selesai makan siang kami pun kembali packing dan melanjutkan perjalanan. Hampir sama dengan saat pemberangkatan dari Mosso. Starting pointnya adalah tanjakan yang panjang. Fiuh... lagi, lagi, dan lagi. Nafas saya kembali ngos-ngosan. Target hari pertama ini adalah sungai sinahari. Dan, kami berhasil mencapai target. Selesai membuka tenda kami langsung berganti baju tidur. Maklum saja, setelah seharian kami berjalan baju yang tadi nya kering dan agak wangi berganti menjadi basah dan pastinya bau keringat. Kami mengakhiri perjalanan hari pertama dengan guyon-guyon perkenalan dari porter dan teman-teman UNPATTI. Setelah malam larut kami kembali ke tenda dan segera melurus kan punggung. Bersiap untuk tracking yang katanya lebih edan dari hari ini.   (travel/travel)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads