Kurang afdol rasanya kalau berkunjung ke Raja Ampat tidak mengunjungi Geosite Piaynemo, salahsatu ikon dari destinasi Raja Ampat.
Lokasi ini harus dijangkau dengan perahu cepat sewaan yang tarifnya bervariasi, apabila kalian berpergian dengan rombongan tentu saja bisa mengurangi biaya sewa boat yang cukup mahal. Mengapa mahal? karena harus island hopping alias berpindah dari satu pulau ke pulau lain dengan transportasi perahu cepat.
Pulau Raja Ampat terdiri dari 4 pulau besar yaitu pulai Waigeo (pulau terbesar dengan kotanya Waisai), pulau Misool, pulau Salawati dan pulau Batanta dan sisanya bisa ada ratusan pulau kecil yang tersebar luas. Perjalanan laut dengan perahu cepat dari pulau Waigeo menuju ke Geosite Piaynemo sekitar 45 menit - 1 jam tergantung dari cuaca.
Waktu terbaik untuk bepergian ke Raja Ampat adalah sekitar bulan Oktober-November. Mata Anda akan disuguhi pemandangan pulau-pulau karst yang tiba-tiba bak muncul dari dalam lautan dengan hiasan pucuk-pucuk pohon. Hanya kebesaran Tuhanlah pucuk-pucuk pohon tersebut bisa muncul dari tebing-tebing terjal bebatuan karst.
Kita juga bisa menikmati beberapa resort yang banyak terdapat di pulau-pulau kecil serta kehidupan para nelayan di kepulauan ini. Begitu memasuki kawasan geosite Piaynemo, batu karst yang besar menyambut kami. Warna laut hijau tosca begitu indah ketika menepi di dermaga apung. Selamat Datang di Piaynemo! Pemerintah sudah membangun infrastruktur penunjang kawasan wisata ini dengan baik.
Para warga Papua menyambut kami dengan ramah dan senyuman. Memang warga Papua terkenal sangat ramah dan kami bisa merasakan kehangatan mereka.
Beberapa lapak menjajakan makanan dan minuman serta oleh-oleh khas Raja Ampat. Para penduduk di sini begitu menjaga kebersihan dari kawasan wisata, dilarang membuang sampah sembarangan agar alamnya terjaga dengan baik. Traveler tidak dikenakan biaya masuk untuk ke kawasan wisata ini alias gratis.
Sebelum pandemi, biasanya ada sekitar 80 perahu cepat/hari yang bersandar di pulau kecil ini dan bahkan harus antri untuk menepi di dermaga. Selama pandemi, paling banyak hanya sekitar 10-20 perahu per hari yang bersandar.
(elk/elk)