Welcome d'travelers !

Ayo share cerita pengalaman dan upload photo album travelingmu di sini. Silakan Daftar atau

ADVERTISEMENT

Selasa, 22 Nov 2022 11:53 WIB

D'TRAVELERS STORIES

Schengen, 'Negeri' yang Terlupakan

Di tepian sungai Muselle
Di tepian sungai Muselle
France, Deutch and English
France, Deutch and English
Schengen Musee
Schengen Musee
Koleksi topi para petugas border
Koleksi topi para petugas border
Cetak uang suvenir Nol Euro
Cetak uang suvenir Nol Euro
detikTravel Community -

Saat ini visa Schengen sedang jadi trending topic, karena sejak pandemi mulai terkontrol dan negara Eropa membuka diri, orang mulai kembali ke Eropa untuk wisata. Dan akhirnya mulai sulit membuat janji temu untuk mendapatkan visa.

Bikin visa Schengen? Salah, visa tetap dibuat di salah satu negara tujuan di Eropa, tapi kok jadi sebutannya visa Schengen? Ya visa tersebut berlaku pula untuk negara-negara yang tergabung dalam perjanjian Schengen.

Sedikit berbagi cerita yang saya ambil dari berbagai sumber, juga saat datang ke Museum Schengen. Schengen adalah nama sebuah desa kecil di negara Luxemburg yang dijadikan tempat untuk perjanjian bebas kontrol di perbatasan, yang diprakarsai awalnya oleh 5 negara yaitu German, Perancis dan Benelux (Belgia, Netherland Luxemburg ) pada tahun 1985 dan mulai diaplikasikan pada sekitar tahun 1990.

Sebelumnya, setiap negara harus membuat satu visa yang hanya berlaku untuk negara tersebut saja, mengunjungi 7 negara ya membuat 7 visa. Bayangkan lama ya proses dan biayanya.

Mengapa Kota Schengen? Schengen disepakati karena kota ini yang berbatasan langsung dengan Jerman, Perancis dan Benelux, perjanjian ditandatangani di atas kapal Princes Marie Astried.

Agar situasi netral, konon kapal ditambatkan sedekat mungkin dengan perbatasan ketiga negara tersebut yang membentang di tengah sungai Moselle. Perjanjian tersebut sungguh membuat kita harus berterimakasih karena kita dapat berkeliling Eropa tanpa harus membuat visa ke setiap negara.

Perjanjian Schengen memungkinkan orang bepergian bebas tanpa kontrol di perbatasan, tidak hanya untuk warga Eropa namun berlaku pula untuk hampir sebagian besar penduduk dunia termasuk Indonesia.

Persis di tepian sungai Moselle yang mengalir tenang, terdapat Museum Schengen dimana kita dapat mengetahui sejarah perjanjian tersebut, terdapat pula show case seragam dan topi para petugas/polisi di perbatasan dari beberapa negara untuk mengenang bahwa dahulu merekalah yang bertugas memeriksa paspor di setiap perbatasan antar negara.

Jika punya cukup waktu kita bisa menyaksikan film singkat mengenai sejarah perjanjian dan penandatanganan Schengen. Tidak ada biaya untuk memasuki museum ini, dan yang menarik kita bisa memiliki mata uang souvenir senilai 0 euro yang dicetak melalui mesin dengan memasukkan uang koin 2 euro.

Di halaman yang tersambung dengan dermaga, barulah kita mendapati sign besar bertuliskan Schengen is alive dan terdapat bendera semua negara yang tergabung dalam perjanjian Schengen sebanyak 26 negara dan berikutnya akan bergabung Rumania, Bulgaria, Cyprus dan Croatia.

Schengen tidak terletak di jalur utama wisata Eropa, jika tidak dengan sengaja ingin mengunjungi desa yang dipenuhi dengan kebun anggur ini, tentunya kita tidak akan pernah mengenal sebuah nama yang sering kita sebut dan yang memungkinkan dengan visa tunggal kita bisa berkeliling ke 26 negara Eropa tanpa batas. Terima kasih untuk perjanjian Schengen, saya tidak mau lagi membayangkan membuat visa ke setiap negara di Eropa!

BERITA TERKAIT
BACA JUGA