Masjid Lautze di kawasan Pecinan Sawah Besar, Jakarta bukan sekadar tempat ibadah. Masjid itu juga menjadi penghubung masyarakat Muslim dan Tionghoa.
Menyusuri Jalan Lautze di Sawah Besar, terlihat sebuah bangunan yang menarik pandangan mata, serupa klenteng di tengah barisan ruko pertokoan. Ternyata bangunan itu bukan klenteng, melainkan sebuah masjid dengan arsitektur khas Tionghoa, yakni Masjid Lautze.
Masjid ini berada di tengah kawasan Pecinan dan dibangun sebagai tempat ibadah umat Muslim. Masjid dengan arsitektur klenteng di tengah kawasan Pecinan itu bukan hanya untuk ibadah umat muslim.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Waktu itu juga tujuannya Masjid Lautze didirikan di tengah-tengah pecinan ini dalam rangka kita memberikan sumbangsih kepada bangsa Indonesia ini bagaimana cara mengimbangkan masalah pembauran, pembauran di Indonesia itu masih sangat sensitif," kata DKM Masjid Lautze, Yusman Iriansyah, kepada detikTravel pada Sabtu, (1/4/2023).
Pembangunan itu masjid itu dilakukan saat masyarakat pribumi dan non pribumi memiliki gap atau saling jaga jarak dan tidak membaur.
"Baik pribumi dan non pribumi diupayakan pembauran. Sepertinya, di Indonesia itu masih sama-sama menjaga jarak untuk bisa membaur tuntas. Nah, kita berada di tengah-tengah mereka ini dalam rangka menjadi jembatan, menjembatani supaya pribumi dan non pribumi bisa bertemu, bisa membaur," kata dia.
Selain itu, adanya masjid ini juga diupayakan untuk penyebaran informasi dan nilai-nilai Islam ke masyarakat agar lebih mudah diterima dan tidak terjadi salah paham. Mereka aktif mengajarkan dan menginformasikan nilai-nilai Islam kepada siapapun yang mengunjungi tempat ini.
"Di sini dalam rangka menyampaikan informasi Islam kepada saudara kita kalangan keturunan Tionghoa. Untuk yang ingin tahu Islam, paling tidak kita menyampaikan apa itu Islam kepada saudara kita itu, mungkin selama ini kurang paham dengan Islam sehingga sering terjadi kesalahpahaman," kata dia.
"Artinya, tokoh-tokoh Islam itu mendirikan di sini supaya mempermudah penyampaian terkait Islam itu di sini," dia menambahkan.
Salah satu cara membuat masyarakat sekitar, khususnya masyarakat etnis Tionghoa, untuk datang ke tempat ini adalah dengan membuat nuansa masjid yang lebih akrab dengan budaya masyarakat Tionghoa.
Langkah itu dianggap efektif karena membuat tamu yang sedang berkunjung ke sini dapat lebih leluasa dan seakan tidak sedang berkunjung ke sebuah masjid.
"Bagaimana supaya saudara-saudara kita dari Tionghoa itu datang ke masjid tapi seperti tidak datang ke masjid. Jadi yang kita pakai seperti ornamen kita, apa yang paling disukai mereka sehari-hari seperti di Klenteng," kata dia.
Sejarah Masjid Lautze
Masjid ini awalnya berdiri di sebuah ruko sewaan yang digunakan untuk operasional Yayasan Haji Karim Oei. Karena statusnya yang sewa membuat kondisi tidak menentu dan bergantung dengan pemilik ruko.
Hingga akhirnya pemilik ruko menawarkan yayasan untuk membeli bangunan tersebut. Namun, yayasan saat itu belum memiliki dana yang cukup, hingga akhirnya mereka mesti mencari donatur.
Sampailah ide itu kepada tokoh Presiden RI ke-3, yakni BJ Habibie, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi Indonesia. BJ Habibie akhirnya menjadi donatur.
"Bahwa Masjid Lautze ini tadinya kita hanya sewa ruko, ya namanya kalau sewa, kalau pemilik rukonya tidak ingin memperpanjang sewa tamat juga riwayat masjidnya. Tapi dapat donatur lewat Bapak B.J. Habibie, diwakafkan ke Yayasan Haji Karim Oei itu tahun 1994," kata Yusman.
Aktif Membimbing
Selain itu, Masjid Lautze juga terbuka untuk para masyarakat yang ingin mengenal Islam ataupun ingin memantapkan hati untuk menganut agama Islam. Sejak lama mereka memberikan tuntunan Syahadat kepada masyarakat yang ingin menganut Islam.
![]() |
Bahkan, terdapat daftar orang yang telah masuk Islam dengan dibimbing oleh pengurus di Masjid Lautze sejak tahun 1997.
Selain itu, masjid itu memiliki kegiatan rutin seperti bimbingan mualaf untuk salat dan baca Al-Quran.
Tempat ini memiliki jam operasional pukul 09.00-16.00 WIB pada Senin-Jumat dan hingga selepas salat tarawih khusus di hari Sabtu pada Bulan Ramadan.
(wkn/fem)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Menpar Widiyanti Disentil soal Pacu Jalur, Dinilai Tak Peka Momentum Untungkan RI
Sound Horeg Guncang Karnaval Urek Urek Malang