Sangiran, begitulah nama desa kecil di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah ini. Mendengar namanya, kita pasti langsung ingat akan lembaran buku sejarah yang kita baca dulu waktu sekolah. Bab-nya tentu saja tentang Manusia Purba.
Ya, berkunjung ke Museum Purbakala Sangiran seperti membuka tabir lembar demi lembar sejarah yang pernah terjadi ratusan ribu bahkan jutaan tahun silam. Saat manusia pertama, cikal bakal dari manusia modern (Homo sapiens) sekarang, datang bermigrasi dari dataran Afrika.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Situs Sangiran itu luasnya 59,21 Km persegi. Nah kemudian benda cagar budayanya itu ada di bawah tanah, terpendam di bawah tanah, sekitar 120 meter, dan ini berbeda dengan Candi Borobudur dan Prambanan," ujar Sukron membuka perbincangan.
Sejak tahun 2011, situs Sangiran sendiri sudah dikembangkan menjadi beberapa cluster. Sebagai pusat segala informasi, ada Cluster Krikilan. Di sini ada 3 ruang display untuk museum, ruang multimedia, kantor, cafetaria, hingga toko-toko penyedia cinderamata.
Cluster lainnya yaitu Cluster Dayu, yang berjarak sekitar 5 Km dari Cluster Krikilan. Di Cluster Dayu, kita bisa melihat contoh nyata lapisan tanah dari berbagai era. Dari mulai Formasi Pucangan (Plestosen Bawah 1,8 Juta-900 ribu tahun yang lalu), hingga Formasi Notopuro (Plestosen Atas 250 ribu-100 ribu tahun lalu).
"Kemudian ada Cluster Ngebung, kira-kira dari sini, ya sekitar 3 atau 4 Km. Itu bercerita tentang sejarah penemuan situs, karena tahun 34, Von Koenigswald itu menemukan artefak Situs Sangiran itu pertama kali di Situs Ngebung. Nah dia berpikir, kalau artefaknya saja ditemukan, pasti pembuatnya ada di sekitar Sangiran. Ternyata bener, 2 tahun kemudian dia menemukan 8 individu. Sampai sekarang ada sekitar 150 manusia purba ditemukan di Situs Sangiran, dan itu menrupakan 50% populasi Homo erectus di dunia, itu ditemukan di Sangiran," ungkap Sukron panjang lebar.
Satu lagi yaitu Museum Pendukung Manyarejo. Di museum yang difungsikan sebagai Museum Lapangan ini, ada kota ekskavasi arkeologi, dan displanynya adalah berbagai benda peninggalan peneliti-peneliti yang pernah melakukan penelitian di Sangiran. Semua cluster tersebut, diselesaikan pada tahun 2014.
Dari beberapa cluster tersebut, ada setidaknya 2 jenis manusia purba yang ditemukan di Sangiran, yaitu Homo erectus Arkaik. Jenis ini merupakan Homo erectus yang paling tua, ditemukan di lapisan tanah Formasi Pucang dan Grenzbank di Sangiran.
Satu lagi, yaitu Homo erectus Tipik. Jenis Homo erectus ini jadi jenis yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Selain ditemukan di Sangiran, jenis ini juga pernah ditemukan di Trinil (Ngawi), Patiayam (Kudus), hingga Semedo (Tegal).
Total ada lebih dari 40 ribu artefak serta fosil dari manusia purba, hingga aneka makhluk pra sejarah lainnya yang ditemukan dan disimpan di Museum Sangiran. Beberapa disusun menjadi display yang menarik bagi pengunjung. Sebagian masih disimpan di gudang penyimpanan agar tetap terlindung.
Tentunya semua itu menjadi kekayaan Indonesia yang tidak bisa dihargai dengan mata uang apapun, dan wajib dijaga hingga anak cucu kita nanti. Sudah saatnya kita berwisata ke Sangiran untuk sedikit lebih dekat dengan Homo erectus, manusia pertama yang menghuni Pulau Jawa. (wsw/aff)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum